BAB
I
PENDAHULUAN
Persoalan alat ukur yang digunakan
evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi sering dihadapkan pada persoalan
akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa
mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini memang harus
memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil dalam arti tidak
mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain.
Alat ukur atau instrumen yang baik
harus memenuhi dua syarat yaitu validitas dan reliabilitas. Suatu alat ukur
yang tidak reliabel atau tidak valid akan menghasilkan kesimpulan yang bias,
kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan akan memberikan informasi yang keliru
mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi
yang keliru itu dengan sadar atau tidak dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan
dalam pengambilan suatu keputusan, maka keputusan itu tentu bukan merupakan
suatu keputusan yang tepat. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun tentu
saja harus memiliki validitas dan reliabilitas, agar data yang diperoleh dari
alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan validitas dan
reliabilitas alat ukur atau validitas dan reliabilitas instrumen.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. VALIDITAS
Validitas
adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik. Untuk dapat
menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas atau daya
ketepatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi, yaitu : dari segi tes itu
sendiri sebagai totalitas, dan dari segi itemnya, sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari tes tersebut (Sudijono,1996). Di dalam buku “Encyclopedia of
Educational Evaluation,” Scarvia B. Anderson mengatakan bahwa “A test is valid if it measures what it
purpuse to measure” artinnya : “sebuah tes dikatakan valid apabila tes
tersebut mengukur apa yang hendak diukur” (Arikunto,1990).
Penganalisisan
terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua
cara. Pertama, penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berpikir secara
rasional atau penganalisisan dengan menggunakan logika (logical analysis). Kedua, penganalisisan yang dilakukan dengan
mendasarkan diri kepada kenyataan empiris, dimana penganalisisan dilaksanakan
dengan menggunakan empirical analysis
(Sudijono,1996).
B. MACAM-MACAM
VALIDITAS
Secara
umum, validitas tes dibagi menjadi dua yaitu validitas tes secara rasional dan
validitas tes secara empiris.
1. Validitas
Tes Secara Rasional
Validitas
rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas
yang diperoleh dengan berfikir secara logis. Dengan demikian maka suatu tes
hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas rasional, apabila
setelah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes hasil
belajar itu memang (secara rasional) dengan tepat telah dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sudijono,1996).
Untuk
dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional
ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu :
a. Validitas
Isi (Content Validity)
Validitas
isi artinya kejituan daripada suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut. Suatu
tes hasil belajar dapat dikatakan valid, apabila materi tes tersebut
betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-bahan
pelajaran yang diberikan. Misalnya apabila kita ingin memberikan tes bahasa
inggris kepada siswa kelas II, maka item-itemnya harus diambil dari bahan-bahan
pelajaran kelas II. Apabila terdapat bahan-bahan pelajaran kelas III, maka tes
tersebut sudah tidak valid lagi (Nurkancana,1986).
Dalam
praktik, validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan
jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar, dengan
tujuan intruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing-masing mata
pelajaran, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan instruksional khusus yang
sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut ataukah belum.
Jika penganalisisan secara rasional itu menunjukkan hasil yang membenarkan
tentang telah tercerminnya tujuan instruksional khusus itu di dalam tes hasil
belajar, maka tes hasil belajar yang sedang di uji validitas isinya itu dapat
dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki validitas isi (Sudijono,1996).
b. Validitas
Konstruk (Construct Validity)
Secara
etimologis, kata “konstruksi” mengandung arti susunan, kerangka atau rekaan.
Validitas susunan artinya kejituan daripada suatu tes ditinjau dari susunan tes
tersebut. Misalnya kalau kita ingin memberikan tes kecakapan ilmu pasti, kita
harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang benar-benar akan mengukur
kecakapan ilmu pasti, bukan mengukur kemampuan bahasa karena soal itu ditulis
secara berkepanjangan dengan bahasa yang mudah dimengerti (Nurkancana,1986).
Validitas
konstruksi dari suatu tes hasil belajar dapat dilakukan penganalisisannya
dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek-aspek berfikir yang terkandung
dalam tes hasil belajar tersebut, dengan aspek-aspek berfikir yang dikehendaki
untuk diungkap oleh tujuan instruksional khusus. Jika secara logis hasil
penganalisisan itu menunjukkan bahwa aspek-aspek berfikir yang diungkap melalui
butir-butir soal tes hasil belajar itu sudah dengan secara tepat mencerminkan
aspek-aspek berfikir yang oleh tujuan instruksional khusus diperintahkan untuk
diungkap maka tes hasil belajar tersebut dapat dinyatakan sebagai tes hasil
belajar yang valid dari susunannya atau telah memiliki validitas konstruksi (Sudijono,1996).
2. Validitas
tes secara empiris
Validitas
empiris adalah validitas yang bersumber pada pengamatan di lapangan. Tes hasil
belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas empiris apabila didasarkan
hasil analisis yang dilakukan terhadap data hasil pengamatan di lapangan,
terbukti bahwa hasil tes belajar itu dengan secara tepat telah dapat mengukur
hasil belajar yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes hasil belajar
tersebut (Sudijono,1996).
Untuk
menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas empiris ataukah
belum dapat dilakukan penelusuran dari dua segi yaitu:
a. Validitas
ramalan (predictive validity)
Validitas
ramalan artinya ketepatan (kejituan) daripada suatu alat pengukur ditinjau dari
kemampuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian.
Misalnya suatu tes hasil belajar dapat dikatakan mempunyai validitas ramalan
yang tinggi, apabila hasil yang dicapai oleh anak dalam tes tersebut betul-betul
dapat meramalkan sukses tidaknya anak-anak dalam pelajaran-pelajaran yang akan
datang (Nurkancana,1986).
Suatu
tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas
ramalan atau belum dapat ditempuh dengan cara mencari korelasi antara tes hasil
belajar yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriterium yang ada. Jika
di antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif yang signifikan
maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya itu dapat
dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki daya ramal yang tepat,
artinya apa yang telah diramalkan, betul-betul telah terjadi secara nyata dalam
praktek (Sudijono, 1996).
b. Validitas
bandingan
Validitas
bandingan artinya kejituan daripada suatu tes dilihat dari kolerasinya terhadap
kecakapan yang telah dimiliki saat kini secara riil. Perbedaan antara validitas
ramalan dengan validitas bandingan ialah dilihat dari segi waktunya. Validitas
ramalan melihat hubungannya dengan masa yang akan datang, sedangkan validitas
bandingan melihat hubungannya dengan masa sekarang (Nurkancana, 1986).
Dalam
rangka menguji validitas bandingan, data yang mencerminkan pengalaman yang
diperoleh pada masa lalu itu, kita bandingkan dengan data hasil tes yang
diperoleh sekarang ini. Jika hasil tes yang ada sekarang ini mempunyai hubungan
searah dengan hasil tes berdasarkan pengalaman yang lalu, maka tes yang memilki
karakteristik seperti itu dapat dikatakan telah memilki bandingan (Sudijono, 1996).
Seperti
halnya validitas ramalan, maka untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang
searah antara tes pertama dengan tes berikutnya, dapat digunakan teknik
analisis korelasi antara variabel X (tes pertama) dengan variabel Y (tes
berikutnya) adalah positif dan signifikan, maka tes tersebut dapat dinyatakan
sebagai tes yang telah memiliki validitas bandingan (Sudijono, 1996).
C. VALIDITAS
PERANGKAT SOAL
1. Validitas
atau kesahihan empiris butir soal objektif
Pengertian validitas dipakai
untuk butir soal dan soal (perangkat soal), karena dikenal validitas butir soal
dan validitas perangkat soal. Perangkat soal terdiri atas sejumlah butir soal,
validitas perangkat soal ditentukan oleh validitas butir-butir soalnya.
Perangkat soal bersifat valid (sahih) bila butir-butir soalnya valid.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, ada dua macam validitas yaitu validitas
teoritis (isi dan perilaku) dan validitas empiris.
Validitas
empiris butir soal dihitung dengan cara statistik korelasi. Validitas butir
soal objektif dihitung dengan rumus korelasi point biserial, validitas butir soal uraian dihitung dengan rumus
korelasi product moment. Angka
korelasi yang diperoleh dengan cara demikian disebut koefisien validitas atau
angka validitas butir soal.
Untuk
butir soal objektif validitas butir soal dihitung dengan rumus korelasi point biserial antar masing-masing skor butir soal (Xp) dengan skor total
(Xt). Dipakai rumus point biserial
karena data yang dikorelasikan adalah data nominal dengan data interval. Data
nominal berasal dari skor butir soal, yaitu 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk
jawaban salah.
2. Validitas
atau kesahihan empiris butir soal uraian
Validitas
butir soal uraian dihitung dengan rumus product moment, antara skor butir soal (Xp) dengan skor total (Xt). Dipakai product momen karena data yang
dikorelasikan adalah data interval dengan data interval.
a. Rumus
product moment dengan simpangan
keterangan:
rxy
= koefisien
korelasi antara variabel x dan variabel y
∑xy = jumlah
perkalian x dan y
X2 = kuadrat dari x
Y2 = kuadrat dari y
b. Rumus
product moment angka kasar
keterangan:
rxy = koefisien korelasi
∑X = jumlah skor butir
∑Y = jumlah skor total
N = jumlah sampel
keterangan:
rxy = koefisien korelasi
∑X = jumlah skor butir
∑Y = jumlah skor total
N = jumlah sampel
D. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI VALIDITAS
Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor
tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu faktor
internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari siswa
yang bersangkutan.
1)
Faktor yang berasal dari dalam tes
a.
Arahan tes yang disusun dengan makna
tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes.
b. Kata-kata
yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi, tidak terlalu sulit.
c. Item tes
dikonstruksi dengan jelas.
d. Tingkat
kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa.
e. Waktu yang
dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau
terlalu longgar.
f. Jumlah item
terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel.
g. Jawaban
masing-masing item evaluasi bisa diprediksi siswa.
2)
Faktor yang berasal dari
administrasi dan skor tes
a.
Waktu pengerjaan tidak cukup
sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi tergesa-gesa.
b.
Adanya kecurangan dalam tes sehingga
tidak membedakan antara siswa yang belajar dengan melakukan kecurangan.
c.
Pemberian petunjuk dari pengawas
yang tidak dapat dilakukan pada semua siswa.
d. Teknik
pemberian skor yang tidak konsisten.
e.
Siswa tidak dapat mengikuti arahan
yang diberikan dalam tes baku.
f. Adanya joki
(orang lain bukan siswa) yang masuk dalam menjawab item tes yang diberikan.
3)
Faktor yang berasal dari jawaban
siswa
Seringkali
terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid, karena
dipengaruhi oleh jawaban siswa dari pada interpretasi item-item pada tes
evaluasi (Sukardi, 2008).
E. RELIABILITAS
Reliabilitas
merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely
yang artinya percaya dan reliabel yang artinya dapat dipercaya.
Keterpercayaan berhubungan dengan ketepatan dan konsistensi. Test hasil belajar
dikatakan dapat dipercaya apabila memberikan hasil pengukuran hasil belajar
yang relatif tetap secara konsisten. Beberapa ahli memberikan batasan
reliabilitas. Menurut Thorndike dan Hagen (1977), reliabilitas berhubungan
dengan akurasi instrumen dalam mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur
dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang. Hopkins dan Antes
(1979:5) menyatakan reliabilitas sebagai konsistensi pengamatan yang diperoleh
dari pencatatan berulang baik pada satu subjek maupun sejumlah subjek.
Kerlinger
memberikan batasan tentang reliabilitas yaitu :
1) Reliabilitas
dicapai apabila kita mengukur himpunan objek yang sama berulang kali dengan
instrumen yang sama atau serupa akan memberikan hasil yang sama atau serupa.
2) Reliabilitas
dicapai apabila ukuran yang diperoleh dari suatu instrumen pengukur adalah
ukuran ‘’ yang sebenarnya’’ untuk sifat yang diukur.
3) Reliabilitas
dicapai dengan meminimalkan galat pengukuran yang terdapat pada suatu instrumen
pengukur.
Jadi, dari berbagai definisi
reliabilitas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas berhubungan dengan kemampuan
alat ukur untuk melakukan pengukuran secara cermat. Reliabilitas merupakan
akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran.
F. RELIABILITAS ATAU
KEANDALAN EMPIRIS SOAL
Secara
empirik, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang
disebut koefisien reliabilitas. Soal (perangkat soal) yang valid pasti
reliabel, tetapi soal yang reliabel belum tentu valid. Oleh karena itu soal
yang valid secara teoritis, juga sudah reliabel (andal) secara teoritis. Dengan
demikian soal buatan guru yang sudah disusun melalui kisi-kisi, sudah valid
secara teoritis juga sudah reliabel secara teoritis. Reliabilitas empiris soal
juga dihitung dengan teknik statistik, yaitu dengan cara korelasi. Angka
korelasi yang diperoleh dengan cara ini disebut koefisien reliabilitas atau
angka reliabilitas (r11 atau rtt) soal. Soal yang baik
adalah soal yang mempunyai koefisien reliabilitas lebih dari sama dengan
0,70.
1.
Reliabilitas empiris soal objektif
Reliabilitas
empiris soal objektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a.
Koefisien stabilitas
Koefisien stabilitas (coefficient
of stability) adalah jenis reliabilitas yang diperoleh dengan cara uji coba
ulang (test–retest) yaitu dengan
memberikan ujian dengan suatu soal kepada sekelompok individu kemudian
mengujikan kembali soal tersebut pada kelompok sama pada waktu yang berbeda.
Besarnya reliabilitas soal dihitung dengan mencari product moment antara skor hasil uji pertama dengan skor hasil uji
kedua. Soal dikatakan reliabel bila koefisien stabilitas r11 atau rtt
sama atau lebih besar dari 0,70.
b.
Koefisien ekuivalen
Koefisien ekuivalen (coefficient
of equivalence) adalah jenis reliabilitas yang diperoleh dengan cara menguji
cobakan dua soal yang paralel pada kelompok sama dan waktu yang sama (equivalence forms method, parallel form
method, atau alternate forms method).
Jadi dalam hal ini ada dua soal yang paralel, artinya masing-masing soal
disusun tersendiri, jumlah butir soal sama, isi dan bentuk sama, tingkat
kesukaran sama, waktu serta
petunjuk untuk mengerjakan soal juga sama. Skor hasil uji coba kedua soal
dikorelasikan dengan rumus product moment untuk menghitung koefisien ekuivalen.
Kedua jenis soal yang paralel bersifat reliabel jika angka koefisian ekuivalen
yaitu r11 atau rtt besar atau sama dengan 0,70.
c.
Koefisien konsistensi internal
Koefisien konsistensi internal (coefficient of internal consistency) adalah
reliabilitas yang diperoleh dengan cara mengujicobakan suatu soal dan
menghitung korelasi hasil uji coba dari kelompok yang sama. Ada tiga cara untuk
memperoleh reliabilitas jenis ini yaitu; cara belah dua (split half method), cara Kuder Richardson 20 atau Kuder Richardson
21, dan cara Cronbach khusus
untuk soal uraian.
1)
Cara belah dua
Pada cara ini, soal diujicobakan kepada peserta didik dan hasilnya
dibelah menjadi dua, yaitu belahan gasal dan belahan genap. Dalam hal ini
jumlah butir soal harus genap. Kedua skor hasil belahan dikorelasikan dengan
rumus product moment, hasilnya adalah
relasi belahan r ½ ½ . Setelah ditemukan korelasi belahan, dihitung angka
reliabilitas soal dengan rumus Spearman-Brown. Rumus Spearman-Brown adalah
sebagai berikut :
Keterangan
: r ½ ½ = kolerasi antara skor-skor setiap belahan tes
r = koefisien
reliabilitas yang sudah disesuaikan
Selain dengan rumus Spearman-Brown, dapat pula dipakai rumus Flanagan. Diperlukan data simpangan baku skor belahan gasal (SBgasal),
simpangan baku skor belahan genap SBgenap dan simpangan baku skor
total SBtotal. Rumus Flanagan adalah sebagai berikut:
Rumus
ini lebih sederhana daripada rumus Spearman-Brown.
Selain dengan rumus
Spearman-Brown dan Flanagan, dapat pula dengan menggunakan rumus Rulon. Pada rumus Rulon, pertama ditentukan
deviasi dari belahan skor gasal dan belahan skor genap. Langkah berikutnya
mencari kuadrat simpangan baku dari deviasi skor tersebut dan kuadrat simpangan
baku dari skor total. Rumus Rulon adalah sebagai berikut :
keterangan
: SB2deviasi = kuadrat simpangan baku skor deviasi
SB2total = kuadrat simpangan baku total
2)
Cara Kuder Richardson 20 atau Kuder Richardson 21
Rumus lain yang lebih banyak
digunakan untuk menghitung koefisien konsistensi internal adalah rumus Kuder
Richardson 20 (KR20) dan rumus Kuder Richardson 21 (KR21).
Kedua cara ini menghasilkan angka yang lebih tepat.
Rumus KR20
adalah :
keterangan
:
SB2t =
simpangan baku dari skor total
r11 = reliabilitas soal
k = jumlah butir soal
keterangan
:
SBt = simpangan baku dari
skor total
r11 = reliabilitas soal
k = jumlah butir soal
k = jumlah butir soal
X
= rerata skor total
2.
Reliabilitas empiris soal uraian
Untuk soal uraian, koefisien reliabilitasnya dihitung dengan
rumus alpha dari Cronbach yang rumusnya adalah :
keterangan : SBt =
simpangan baku total
SB1 = simpangan baku butir
Butir yang dimasukkan dalam rumus di atas hanya butir yang valid, sedangkan butir yang tidak valid
(gugur), tidak diperhitungkan. Oleh karenanya reliabilitas hanya dihitung dari
butir yang valid. Kriteria reliabilitas soal sama dengan soal bentuk objektif,
yaitu soal reliabel bila r11 lebih dari sama dengan 0,70.
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RELIABILITAS INSTRUMEN
Menurut
Sukardi (2008:51-52) koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi oleh waktu
penyelenggaraan tes-retes. Interval penyelenggaraan yang terlalu dekat atau
terlalu jauh, akan mempengaruhi koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang
juga mempengaruhi reliabilitas instrument evaluasi diantaranya sebagai berikut
:
a)
Panjang
tes, semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item materi
pembelajaran diukur.
b)
Penyebaran skor, koefisien reliabilitas
secara langsung dipengaruhi oleh bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang
di ukur. Semakin tinggi sebaran, semakin tinggi estimasi koefisien reliabel.
c)
Kesulitan tes, tes normatif yang
terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung menghasilkan skor
reliabilitas rendah.
d)
Objektifitas, yang dimaksud dengan
objektif yaitu derajat dimana siswa dengan kompetensi sama, mencapai hasil yang
sama.
H. Pemanfaatan
Teknologi Informasi
Perhitungan angka validitas dan reliabilitas soal dipermudah dengan
menggunakan jasa komputer dengan program-program yang diinginkan. Ada berbagai
program yang dapat digunakan oleh peserta didik, pernyataan angka reliabilitas
perlu menyebutkan program apa yang dipakai. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya pembulatan-pembulatan menyebabkan hasil perhitungan dengan dua jenis
program komputer dapat mengakibatkan adanya perbedaan numerik angka validitas
butir soal dan angka reliabilitas soal. Beberapa program komputer yang banyak
digunakan untuk perhitungan angka validitas dan angka reliabilitas adalah :
a) Program
Statistical Product and Sevice Solution
(SPSS)
b) Program
Item Test and Analysis (ITEMAN)
c) Seri
Program Statistik (SPS)
Dengan cara
terakhir ini, tidak perlu lagi dihitung daya beda dan taraf kesukaran soal,
serta penyebaran jawaban untuk butir soal objektif. Namun demikian, perangkat
soal harus dipakai secara keseluruhan dan tidak dapat disusun dengan merangkai
butir soal. Penggunaan soal sebagai instrumen dalam penelitian, memerlukan
validitas dan reliabilitas empiris. Untuk keperluan ini, harus dilakukan
validitas empiris soal. Hasil yang dicantumkan dalam instrumen bukan angka
validitasnya tetapi angka reliabilitas soal.
BAB III
KESIMPULAN
Validitas berhubungan dengan
ketepatan interpretasi hasil tes atau instrumen evaluasi untuk grup individual
dan bukan instrumen itu sendiri. Secara umum, validitas
tes dibagi menjadi dua yaitu validitas tes secara rasional (isi dan konstruk)
dan validitas tes secara empiris (ramalan dan ramalan). Validitas butir soal
objektif dihitung dengan rumus korelasi point
biserial, validitas butir soal uraian dihitung dengan rumus korelasi product moment. Faktor yang mempengaruhi
validitas menurut sumbernya, yaitu faktor internal dari tes,
faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari siswa yang bersangkutan.
Reliabilitas
berhubungan dengan kemampuan alat ukur untuk melakukan pengukuran secara
cermat. Reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat
ukur dalam melakukan pengukuran. Secara empirik, tinggi rendahnya reliabilitas
ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Reliabilitas empiris soal objektif
dibagi menjadi tiga macam, yaitu koefisien stabilitas, koefisien ekuivalen, dan
koefisien konsistensi internal. Faktor yang mempengaruhi reliabilitas, yaitu
panjang tes, penyebaran soal, kesulitan tes, dan objektifitas.
Soal
(perangkat soal) yang valid pasti reliabel, tetapi soal yang reliabel belum
tentu valid. Oleh karena itu soal yang valid secara teoritis, juga sudah
reliabel (andal) secara teoritis.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, S.1997. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono.2007.
Metode Penelitian Administrasi.
Bandung : Alfabeta.
Sukardi.2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
TULISAN YANG BAGUS.
BalasHapusTerima kasih semoga menjadi ilmu yang bermanfaat
BalasHapus