VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


BAB I
PENDAHULUAN
            Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain.
            Alat ukur atau instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu validitas dan reliabilitas. Suatu alat ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan menghasilkan kesimpulan yang bias, kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan akan memberikan informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar atau tidak dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan, maka keputusan itu tentu bukan merupakan suatu keputusan yang tepat. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun tentu saja harus memiliki validitas dan reliabilitas, agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan validitas dan reliabilitas alat ukur atau validitas dan reliabilitas instrumen.




BAB II
PEMBAHASAN
A.  VALIDITAS
Validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik. Untuk dapat menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas atau daya ketepatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi, yaitu : dari segi tes itu sendiri sebagai totalitas, dan dari segi itemnya, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tes tersebut (Sudijono,1996). Di dalam buku “Encyclopedia of Educational Evaluation,” Scarvia B. Anderson mengatakan bahwa “A test is valid if it measures what it purpuse to measure” artinnya : “sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur” (Arikunto,1990).
Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berpikir secara rasional atau penganalisisan dengan menggunakan logika (logical analysis). Kedua, penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri kepada kenyataan empiris, dimana penganalisisan dilaksanakan dengan menggunakan empirical analysis (Sudijono,1996).

B.     MACAM-MACAM VALIDITAS
Secara umum, validitas tes dibagi menjadi dua yaitu validitas tes secara rasional dan validitas tes secara empiris.
1.    Validitas Tes Secara Rasional
Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berfikir secara logis. Dengan demikian maka suatu tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas rasional, apabila setelah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes hasil belajar itu memang (secara rasional) dengan tepat telah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Sudijono,1996).
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu :
a.    Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi artinya kejituan daripada suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid, apabila materi tes tersebut betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan. Misalnya apabila kita ingin memberikan tes bahasa inggris kepada siswa kelas II, maka item-itemnya harus diambil dari bahan-bahan pelajaran kelas II. Apabila terdapat bahan-bahan pelajaran kelas III, maka tes tersebut sudah tidak valid lagi (Nurkancana,1986).
Dalam praktik, validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar, dengan tujuan intruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing-masing mata pelajaran, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan instruksional khusus yang sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut ataukah belum. Jika penganalisisan secara rasional itu menunjukkan hasil yang membenarkan tentang telah tercerminnya tujuan instruksional khusus itu di dalam tes hasil belajar, maka tes hasil belajar yang sedang di uji validitas isinya itu dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki validitas isi (Sudijono,1996).
b.    Validitas Konstruk (Construct Validity)
Secara etimologis, kata “konstruksi” mengandung arti susunan, kerangka atau rekaan. Validitas susunan artinya kejituan daripada suatu tes ditinjau dari susunan tes tersebut. Misalnya kalau kita ingin memberikan tes kecakapan ilmu pasti, kita harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang benar-benar akan mengukur kecakapan ilmu pasti, bukan mengukur kemampuan bahasa karena soal itu ditulis secara berkepanjangan dengan bahasa yang mudah dimengerti (Nurkancana,1986).
Validitas konstruksi dari suatu tes hasil belajar dapat dilakukan penganalisisannya dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek-aspek berfikir yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut, dengan aspek-aspek berfikir yang dikehendaki untuk diungkap oleh tujuan instruksional khusus. Jika secara logis hasil penganalisisan itu menunjukkan bahwa aspek-aspek berfikir yang diungkap melalui butir-butir soal tes hasil belajar itu sudah dengan secara tepat mencerminkan aspek-aspek berfikir yang oleh tujuan instruksional khusus diperintahkan untuk diungkap maka tes hasil belajar tersebut dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang valid dari susunannya atau telah memiliki validitas konstruksi (Sudijono,1996).


2.    Validitas tes secara empiris
Validitas empiris adalah validitas yang bersumber pada pengamatan di lapangan. Tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas empiris apabila didasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data hasil pengamatan di lapangan, terbukti bahwa hasil tes belajar itu dengan secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes hasil belajar tersebut (Sudijono,1996).
Untuk menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas empiris ataukah belum dapat dilakukan penelusuran dari dua segi yaitu:
a.    Validitas ramalan (predictive validity)
Validitas ramalan artinya ketepatan (kejituan) daripada suatu alat pengukur ditinjau dari kemampuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian. Misalnya suatu tes hasil belajar dapat dikatakan mempunyai validitas ramalan yang tinggi, apabila hasil yang dicapai oleh anak dalam tes tersebut betul-betul dapat meramalkan sukses tidaknya anak-anak dalam pelajaran-pelajaran yang akan datang (Nurkancana,1986).
Suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas ramalan atau belum dapat ditempuh dengan cara mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriterium yang ada. Jika di antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif yang signifikan maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya itu dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki daya ramal yang tepat, artinya apa yang telah diramalkan, betul-betul telah terjadi secara nyata dalam praktek (Sudijono, 1996).
b.    Validitas bandingan
Validitas bandingan artinya kejituan daripada suatu tes dilihat dari kolerasinya terhadap kecakapan yang telah dimiliki saat kini secara riil. Perbedaan antara validitas ramalan dengan validitas bandingan ialah dilihat dari segi waktunya. Validitas ramalan melihat hubungannya dengan masa yang akan datang, sedangkan validitas bandingan melihat hubungannya dengan masa sekarang (Nurkancana, 1986).
Dalam rangka menguji validitas bandingan, data yang mencerminkan pengalaman yang diperoleh pada masa lalu itu, kita bandingkan dengan data hasil tes yang diperoleh sekarang ini. Jika hasil tes yang ada sekarang ini mempunyai hubungan searah dengan hasil tes berdasarkan pengalaman yang lalu, maka tes yang memilki karakteristik seperti itu dapat dikatakan telah memilki bandingan (Sudijono, 1996).
Seperti halnya validitas ramalan, maka untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang searah antara tes pertama dengan tes berikutnya, dapat digunakan teknik analisis korelasi antara variabel X (tes pertama) dengan variabel Y (tes berikutnya) adalah positif dan signifikan, maka tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas bandingan (Sudijono, 1996).

C.  VALIDITAS PERANGKAT SOAL
1.    Validitas atau kesahihan empiris butir soal objektif
Pengertian validitas dipakai untuk butir soal dan soal (perangkat soal), karena dikenal validitas butir soal dan validitas perangkat soal. Perangkat soal terdiri atas sejumlah butir soal, validitas perangkat soal ditentukan oleh validitas butir-butir soalnya. Perangkat soal bersifat valid (sahih) bila butir-butir soalnya valid. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, ada dua macam validitas yaitu validitas teoritis (isi dan perilaku) dan validitas empiris.
Validitas empiris butir soal dihitung dengan cara statistik korelasi. Validitas butir soal objektif dihitung dengan rumus korelasi point biserial, validitas butir soal uraian dihitung dengan rumus korelasi product moment. Angka korelasi yang diperoleh dengan cara demikian disebut koefisien validitas atau angka validitas butir soal.
Untuk butir soal objektif validitas butir soal dihitung dengan rumus korelasi point biserial antar masing-masing skor butir soal (Xp) dengan skor total (Xt). Dipakai rumus point biserial karena data yang dikorelasikan adalah data nominal dengan data interval. Data nominal berasal dari skor butir soal, yaitu 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.

2.    Validitas atau kesahihan empiris butir soal uraian
Validitas butir soal uraian dihitung dengan rumus  product moment, antara skor butir soal (Xp) dengan skor total (Xt). Dipakai product momen karena data yang dikorelasikan adalah data interval dengan data interval.
a.    Rumus product moment dengan simpangan
      





                 keterangan:
                 rxy  = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
                 ∑xy = jumlah perkalian x dan y
                 X2   = kuadrat dari x
                 Y= kuadrat dari y
b.    Rumus product moment angka kasar
        


     



              keterangan:
                      rxy = koefisien korelasi
                      ∑X = jumlah skor butir
                      ∑Y = jumlah skor total
                      N = jumlah sampel
D.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALIDITAS
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari siswa yang bersangkutan.
1)   Faktor yang berasal dari dalam tes
a.    Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes.
b.    Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi, tidak terlalu sulit.
c.    Item tes dikonstruksi dengan jelas.
d.   Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa.
e.    Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu longgar.
f.     Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel.
g.    Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi siswa.
2)   Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes
a.    Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi tergesa-gesa.
b.    Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak membedakan antara siswa yang belajar dengan melakukan kecurangan.
c.    Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua siswa.
d.   Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
e.    Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
f.     Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk dalam menjawab item tes yang diberikan.
3)   Faktor yang berasal dari jawaban siswa
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid, karena dipengaruhi oleh jawaban siswa dari pada interpretasi item-item pada tes evaluasi (Sukardi, 2008).

E.   RELIABILITAS
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang artinya dapat dipercaya. Keterpercayaan berhubungan dengan ketepatan dan konsistensi. Test hasil belajar dikatakan dapat dipercaya apabila memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang relatif tetap secara konsisten. Beberapa ahli memberikan batasan reliabilitas. Menurut Thorndike dan Hagen (1977), reliabilitas berhubungan dengan akurasi instrumen dalam mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang. Hopkins dan Antes (1979:5) menyatakan reliabilitas sebagai konsistensi pengamatan yang diperoleh dari pencatatan berulang baik pada satu subjek maupun sejumlah subjek.
Kerlinger memberikan batasan tentang reliabilitas yaitu :
1)      Reliabilitas dicapai apabila kita mengukur himpunan objek yang sama berulang kali dengan instrumen yang sama atau serupa akan memberikan hasil yang sama atau serupa.
2)      Reliabilitas dicapai apabila ukuran yang diperoleh dari suatu instrumen pengukur adalah ukuran ‘’ yang sebenarnya’’ untuk sifat yang diukur.
3)      Reliabilitas dicapai dengan meminimalkan galat pengukuran yang terdapat pada suatu instrumen pengukur.
Jadi, dari berbagai definisi reliabilitas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas berhubungan dengan kemampuan alat ukur untuk melakukan pengukuran secara cermat. Reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran.
F.    RELIABILITAS ATAU KEANDALAN EMPIRIS SOAL
Secara empirik, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Soal (perangkat soal) yang valid pasti reliabel, tetapi soal yang reliabel belum tentu valid. Oleh karena itu soal yang valid secara teoritis, juga sudah reliabel (andal) secara teoritis. Dengan demikian soal buatan guru yang sudah disusun melalui kisi-kisi, sudah valid secara teoritis juga sudah reliabel secara teoritis. Reliabilitas empiris soal juga dihitung dengan teknik statistik, yaitu dengan cara korelasi. Angka korelasi yang diperoleh dengan cara ini disebut koefisien reliabilitas atau angka reliabilitas (r11 atau rtt) soal. Soal yang baik adalah soal yang mempunyai koefisien reliabilitas lebih dari sama dengan   0,70.
1.    Reliabilitas empiris soal objektif
Reliabilitas empiris soal objektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a.    Koefisien stabilitas
Koefisien stabilitas (coefficient of stability) adalah jenis reliabilitas yang diperoleh dengan cara uji coba ulang (test–retest) yaitu dengan memberikan ujian dengan suatu soal kepada sekelompok individu kemudian mengujikan kembali soal tersebut pada kelompok sama pada waktu yang berbeda. Besarnya reliabilitas soal dihitung dengan mencari product moment antara skor hasil uji pertama dengan skor hasil uji kedua. Soal dikatakan reliabel bila koefisien stabilitas r11 atau rtt sama atau lebih besar dari 0,70.
b.    Koefisien ekuivalen
Koefisien ekuivalen (coefficient of equivalence) adalah jenis reliabilitas yang diperoleh dengan cara menguji cobakan dua soal yang paralel pada kelompok sama dan waktu yang sama (equivalence forms method, parallel form method, atau alternate forms method). Jadi dalam hal ini ada dua soal yang paralel, artinya masing-masing soal disusun tersendiri, jumlah butir soal sama, isi dan bentuk sama, tingkat kesukaran sama, waktu serta petunjuk untuk mengerjakan soal juga sama. Skor hasil uji coba kedua soal dikorelasikan dengan rumus product moment untuk menghitung koefisien ekuivalen. Kedua jenis soal yang paralel bersifat reliabel jika angka koefisian ekuivalen yaitu r11 atau rtt besar atau sama dengan 0,70.
c.    Koefisien konsistensi internal
Koefisien konsistensi internal (coefficient of internal consistency) adalah reliabilitas yang diperoleh dengan cara mengujicobakan suatu soal dan menghitung korelasi hasil uji coba dari kelompok yang sama. Ada tiga cara untuk memperoleh reliabilitas jenis ini yaitu; cara belah dua (split half method), cara Kuder Richardson 20 atau Kuder Richardson 21, dan cara Cronbach khusus untuk soal uraian.
1)   Cara belah dua
Pada cara ini, soal diujicobakan kepada peserta didik dan hasilnya dibelah menjadi dua, yaitu belahan gasal dan belahan genap. Dalam hal ini jumlah butir soal harus genap. Kedua skor hasil belahan dikorelasikan dengan rumus product moment, hasilnya adalah relasi belahan r ½ ½ . Setelah ditemukan korelasi belahan, dihitung angka reliabilitas soal dengan rumus Spearman-Brown. Rumus Spearman-Brown adalah sebagai berikut :
                  
      Keterangan : r ½ ½ = kolerasi antara skor-skor setiap belahan tes
                              r = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
Selain dengan rumus Spearman-Brown, dapat pula dipakai rumus Flanagan. Diperlukan data simpangan baku skor belahan gasal (SBgasal), simpangan baku skor belahan genap SBgenap dan simpangan baku skor total SBtotal. Rumus Flanagan adalah sebagai berikut:
                             
               Rumus ini lebih sederhana daripada rumus Spearman-Brown.
Selain dengan rumus Spearman-Brown dan Flanagan, dapat pula dengan menggunakan rumus Rulon. Pada rumus Rulon, pertama ditentukan deviasi dari belahan skor gasal dan belahan skor genap. Langkah berikutnya mencari kuadrat simpangan baku dari deviasi skor tersebut dan kuadrat simpangan baku dari skor total. Rumus Rulon adalah sebagai berikut :
                           
               keterangan : SB2deviasi = kuadrat simpangan baku skor deviasi
                            SB2total   = kuadrat simpangan baku total
2)   Cara Kuder Richardson 20 atau Kuder Richardson 21
               Rumus lain yang lebih banyak digunakan untuk menghitung koefisien konsistensi internal adalah rumus Kuder Richardson 20 (KR20) dan rumus Kuder Richardson 21 (KR21). Kedua cara ini menghasilkan angka yang lebih tepat.
Rumus KR20 adalah :
                              
               keterangan :
                  SB2t = simpangan baku dari skor total
                  r11 = reliabilitas soal
                  k = jumlah butir soal
Rumus KR21 adalah :

                             
               keterangan :
                  SBt = simpangan baku dari skor total
                  r11 = reliabilitas soal
                   k  = jumlah butir soal
              
                  X = rerata skor total

2.    Reliabilitas empiris soal uraian
Untuk soal uraian, koefisien reliabilitasnya dihitung dengan rumus alpha dari Cronbach yang rumusnya adalah :
                                   
                        keterangan : SBt = simpangan baku total
                                SB1 = simpangan baku butir
Butir yang dimasukkan dalam rumus di atas hanya butir yang valid, sedangkan butir yang tidak valid (gugur), tidak diperhitungkan. Oleh karenanya reliabilitas hanya dihitung dari butir yang valid. Kriteria reliabilitas soal sama dengan soal bentuk objektif, yaitu soal reliabel bila r11   lebih dari sama dengan 0,70.

G.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RELIABILITAS INSTRUMEN
Menurut Sukardi (2008:51-52) koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi oleh waktu penyelenggaraan tes-retes. Interval penyelenggaraan yang terlalu dekat atau terlalu jauh, akan mempengaruhi koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi reliabilitas instrument evaluasi diantaranya sebagai berikut :
a)    Panjang tes, semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item materi pembelajaran diukur.
b)   Penyebaran skor, koefisien reliabilitas secara langsung dipengaruhi oleh bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang di ukur. Semakin tinggi sebaran, semakin tinggi estimasi koefisien reliabel.
c)    Kesulitan tes, tes normatif yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah.
d)   Objektifitas, yang dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa dengan kompetensi sama, mencapai hasil yang sama.


H.  Pemanfaatan Teknologi Informasi
Perhitungan angka validitas dan reliabilitas soal dipermudah dengan menggunakan jasa komputer dengan program-program yang diinginkan. Ada berbagai program yang dapat digunakan oleh peserta didik, pernyataan angka reliabilitas perlu menyebutkan program apa yang dipakai. Hal ini disebabkan oleh karena adanya pembulatan-pembulatan menyebabkan hasil perhitungan dengan dua jenis program komputer dapat mengakibatkan adanya perbedaan numerik angka validitas butir soal dan angka reliabilitas soal. Beberapa program komputer yang banyak digunakan untuk perhitungan angka validitas dan angka reliabilitas adalah :
a)      Program Statistical Product and Sevice Solution (SPSS)
b)      Program Item Test and Analysis (ITEMAN)
c)      Seri Program Statistik (SPS)
Dengan cara terakhir ini, tidak perlu lagi dihitung daya beda dan taraf kesukaran soal, serta penyebaran jawaban untuk butir soal objektif. Namun demikian, perangkat soal harus dipakai secara keseluruhan dan tidak dapat disusun dengan merangkai butir soal. Penggunaan soal sebagai instrumen dalam penelitian, memerlukan validitas dan reliabilitas empiris. Untuk keperluan ini, harus dilakukan validitas empiris soal. Hasil yang dicantumkan dalam instrumen bukan angka validitasnya tetapi angka reliabilitas soal.







BAB III
KESIMPULAN
        Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrumen evaluasi untuk grup individual dan bukan instrumen itu sendiri. Secara umum, validitas tes dibagi menjadi dua yaitu validitas tes secara rasional (isi dan konstruk) dan validitas tes secara empiris (ramalan dan ramalan). Validitas butir soal objektif dihitung dengan rumus korelasi point biserial, validitas butir soal uraian dihitung dengan rumus korelasi product moment. Faktor yang mempengaruhi validitas menurut sumbernya, yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari siswa yang bersangkutan.
Reliabilitas berhubungan dengan kemampuan alat ukur untuk melakukan pengukuran secara cermat. Reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran. Secara empirik, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Reliabilitas empiris soal objektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu koefisien stabilitas, koefisien ekuivalen, dan koefisien konsistensi internal. Faktor yang mempengaruhi reliabilitas, yaitu panjang tes, penyebaran soal, kesulitan tes, dan objektifitas.
Soal (perangkat soal) yang valid pasti reliabel, tetapi soal yang reliabel belum tentu valid. Oleh karena itu soal yang valid secara teoritis, juga sudah reliabel (andal) secara teoritis.







DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.1997. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono.2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Sukardi.2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.


2 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...