A. Pengertian Paragraf
Iatilah lain untuk paragraf adalah alinea. Paragraf adalah bagian terkecil karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat. Namun, yang perlu diperhatikan adalah tidak setiap kumpulan kalimat pasti merupakan paragraf. Contoh yang berikut, misalnya, bukanlah merupakan paragraf karena kalimat-kalimat pembentuknya tidak berhubungan satu sama lain untuk mendukung satu ide pokok.
(28) (a) Salah satu hasil akhir yang diharapkan dicapai dari proses perkuliahan di perguruan tinggi adalah mahasiswa yang mandiri. (b) Dalam perkuliahan di perguruan tinggi, ada dua jenis kegiatan belajar, yaitu kegiatan belajar tatap muka dengan dosen (kuliah) dan kegiatan belajar yang dilakukan mahasiswa tanpa kehadiran dosen (kegiatan terstruktur dan belajar mandiri). (c) Di perguruan tinggi suasana belajar yang pasif dan menerima saja atau rote learning tidak diharapkan terjadi.
Berkebalikan halnya dengan contoh (29) berikut ini.
(29) (a) Dalam kehidupan sehari-hari, manusia akan bergaul dengan sesamanya. (b) Dalam kedudukannya sebagai karyawan suatu instansi, ia akan bergaul dengan karyawan yang lain dan dengan pimpinannya. (c) Dalam kedudukannya sebagai anggota masyarakat, ia akan bergaul dengan tetangganya, dengan ketua RT-nya, dengan ketua RW-nya, dengan kepala desanya, dan seterusnya. (d) Dalam kedudukannya sebagai anggota suatu keluarga, ia akan bergaul dengan saudara-saudaranya dan dengan kedua orang tuanya. (e) Demikian pula, dalam rangka menjamin lancarnya suatu pemerintahan, suatu instansi atau suatu departemen akan berkomunikasi dengan departemen yang lain karena kedua belah pihak saling memerlukan. (f) Dalam dunia bisnis dan dunia ekonomi terjadi peristiwa yang sama. (g) Berbagai perusahaan akan saling mengisi dan saling memesan barang yang diproduksi perusahaan lain, dan sebagainya.
Contoh (29) tersebut merupakan paragraf karena kalimat-kalimat pembentuknya, yaitu kalimat (a)-(g) berhubungan satu sama lain untuk mendukung satu ide pokok. Ide pokok yang dimaksud adalah pergaulan antarmanusia yang tertuang dalam kalimat (a). Oleh karena itu, kalimat (a) itu berfungsi sebagai kalimat topik, sedangkan kalimat (b)-(g) berfungsi sebagai kalimat penjelas. Pemasalahannya adalah bagaimanakah suatu paragraf dapat disebut paragraf yang baik?
B. Syarat Paragraf yang Baik
Bagian terkecil karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat dapat disebut paragraf yang baik apabila memenuhi persyaratan paragraf. Persyaratannya adalah hanya mengandung satu ide pokok, ada kepaduan (cohesion) dan kesatuan (coherence) antarkalimat pembentuknya, dan berunsur kalimat topik dan kalimat pengembang. Keempat syarat itu bersifat saling melengkapi.
Ide pokok (lih. Ramlan, 1993:9) biasa pula disebut topik (Arifin dan Amran Tasai, 1993:123-141; Natawidjaja, 1979:11), tema (Poerwadarminta, 1967b:33-38), pikiran pokok (Tarigan, 1986:11), gagasan pokok (Akhadiah dkk., 1989:153), gagasan utama (Keraf, 1994:70), dan ide utama (Liang Gie, 1992:73-76). Ide pokok adalah inti amanat sebuah paragraf (Liang Gie dan Widyamartaya, 1983:168). Ide pokok itu dijadikan titik tolak atau tumpuan dalam penyusunan paragraf. Ide pokok itu biasanya dituangkan dalam kalimat topik. Dalam paragraf berikut, misalnya, ide pokok yang tersiratkan adalah “perbedaan titik berat pendidikan orang dewasa dan anak-anak” yang dituangkan dalam kalimat (a) sebagai kalimat topik.
(30) (a) Titik berat pendidikan orang dewasa berbeda dari pendidikan anak-anak. (b) Titik berat pendidikan anak- anak adalah proses pemberian dasar-dasar pengetahuan, pembentukan sikap mental dan moral serta pendidikan kewargaan negara. (c) Titik berat pendidikan orang dewasa adalah peningkatan kehidupan serta pemberian keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan persolan-persoalan yang dialami dalam hidup dan dalam masyarakat.
Paragraf yang baik hanya mengandung satu ide pokok. Oleh karena itu, bila dalam satu paragraf terdapat lebih dari satu ide pokok, paragraf itu bukan merupakan paragraf yang baik, dan untuk menjadi paragraf yang baik, paragraf itu harus dipecah ke dalam beberapa paragraf. Perhatikanlah contoh yang berikut.
(31) (a) Pembicaraan kalimat penjelas tidak dapat dipisahkan dengan kalimat utama. (b) Dinamakan kalimat penjelas karena ada kalimat utama. (c) Sebaliknya, dinamakan kalimat utama karena ada kalimat penjelas. (d) Meskipun demikian, keduanya mempunyai perbeaan yang nyata.
(32) (a) Di samping upaya memenuhi kebutuhan hidup, setiap kelompok sosial membutuhkan rasa aman secara fisik maupun spiritual. (b) Biasanya cara yang ditempuh untuk menjamin rasa aman adalah menghindarkan kontak- kontak langsung dengan kelompok sosial lainnya dengan membangun perkampungan yang berjauhan. (c) Mereka sengaja membiarkan adanya wilayah tak bertuan sebagai penyangga sekaligus sebagai penghambat terjadinya serbuan yang tidak terduga dan mendadak (d) Namun, kontak- kontak antarindividu tidak tertutup sama sekali karena pada dasarnya mereka, terutama di kalangan generasi muda, ingin mencari pengalaman. (e) Karena terdorong oleh kebutuhan hubungan dagang atau ekspedisi untuk mendapatkan wanita karena adanya larangan kawin di antara sesama anggota kelompok, kontak-kontak itu memungkinkan terjadi. (f) Dengan adanya tukar-menukar barang dan jasa atau perkawinan silang kelompok itu, misalnya, mereka saling menukar pengetahuan dan pengalaman maupun barang dan jasa yang merangsang terjadinya akulturasi budaya. (g) Kontak-kontak budaya, entah secara langsung atau tidak langsung, telah merangsang terjadinya proses perkembangan kebudayaan. (h) Kendatipun kontak-kontak budaya itu diperlukan untuk mempercepat perkembangan kebudayaan, namun meningkatnya intensitas kontak budaya yang tidak terkendali seringkali menimbulkan reaksi keras di antara mereka yang terlibat. (i) Perkembangan kebudayaan itu menuntut orang-orang untuk melakukan penyesuaian baik penyesuaian pengembangan perilaku secara perorangan (individual adjustment) maupun pengembangan pranata sosial (social adaptation). (j) Penyesuaian itu seringkali dapat menimbulkan ketegangan dan pertentangan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Contoh (32) tersebut merupakan paragraf yang terdiri atas empat kalimat, yaitu kalimat (a)-(d). Paragraf tersebut merupakan paragraf yang baik karena hanya terdiri atas satu ide pokok. Ide pokoknya adalah “kalimat penjelas dan kalimat utama” yang dituangkan dalam kalimat (a). Ide pokok yang tersurat dalam kalimat (a) itu kemudian dikembangkan dengan pola perbandingan ke dalam kalimat (b)-(d).
Contoh (33) berbeda dengan contoh (32). Contoh (33) merupakan paragraf yang berunsurkan sepuluh kalimat, yaitu kalimat (a)-(j). Paragraf (6) tersebut bukan merupakan yang baik karena tidak terdiri atas satu ide pokok, tetapi dua ide pokok. Ide pokok pertama tersurat pada kalimat (a), yaitu setiap kelompok sosial membutuhkan rasa aman secara fisik maupun spiritual, dan ide pokok kedua tersurat pada kalimat (g), yaitu kontak-kontak budaya merangsang terjadinya proses perkembangan kebudayaan. Untuk menjadikan paragraf yang baik, paragraf (33) tersebut harus dijadikan dua paragraf seperti berikut.
(33a) (a) Di samping upaya memenuhi kebutuhan hidup, setiap kelompok sosial membutuhkan rasa aman secara fisik maupun spiritual. (b) Biasanya cara yang ditempuh untuk menjamin rasa aman adalah menghindarkan kontak-kontak langsung dengan kelompok sosial lainnya dengan membangun perkampungan yang berjauhan. (c) Mereka sengaja membiarkan adanya wilayah tak bertuan sebagai penyangga sekaligus sebagai penghambat terjadinya serbuan yang tidak terduga dan mendadak. (d) Namun, kontak-kontak antarindividu tidak tertutup sama sekali karena pada dasarnya mereka, terutama di kalangan generasi muda, ingin mencari pengalaman. (e) Karena terdorong oleh kebutuhan hubungan dagang atau ekspedisi untuk mendapatkan wanita karena adanya larangan kawin di antara sesama anggota kelompok, kontak-kontak itu memungkinkan terjadi. (f) Dengan adanya tukar-menukar barang dan jasa atau perkawinan silang kelompok itu, misalnya, mereka saling menukar pengetahuan dan pengalaman maupun barang dan jasa yang merangsang terjadinya akulturasi budaya.
(g) Kontak-kontak budaya, entah secara langsung atau tidak langsung, telah merangsang terjadinya proses perkembangan kebudayaan. (h) Kendatipun kontak-kontak budaya itu diperlukan untuk mempercepat perkembangan kebudayaan, namun meningkatnya intensitas kontak budaya yang tidak terkendali seringkali menimbulkan reaksi keras di antara mereka yang terlibat. (i) Perkembangan kebudayaan itu menuntut orang-orang untuk melakukan penyesuaian baik penyesuaian pengembangan perilaku secara perorangan (individual adjustment) maupun pengembangan pranata sosial (social adaptation). (j) Penyesuaian itu seringkali dapat menimbulkan ketegangan dan pertentangan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Suatu paragraf dinyatakan padu (cohesive) bila kalimat-kalimat pembentuknya berhubungan satu sama lain. Sifat padu itu dapat ditampakkan dengan cara menyusun kalimat-kalimat dalam paragraf ke dalam satu urutan yang logis dan menyusun kalimat-kalimat dalam paragraf yang mempunyai urutan pola dan kaidah kebahasaan yang teratur (Parera, 1982:17).
(34) (a) Paragraf merupakan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya. (b) Informasi yang dinyatakan dalam kalimat yang satu berhubungan erat dengan informasi yang dinyatakan dalam kalimat yang lain, atau dengan kata lain informasi yang dinyatakan dalam sejumlah kalimat yang membentuk paragraf itu berhubungan erat atau sangat padu. (c) Kepaduan itu merupakan syarat keberhasilan suatu paragraf. (d) Tanpa adanya kepaduan informasi, kumpulan informasi itu tidak menghasilkan paragraf.
Paragraf (34) yang terdiri atas empat kalimat, yaitu kalimat (a)-(d), itu bersifat padu. Kalimat (a) berisi “paragraf sebagai satuan informasi”. Satuan informasi itu dijabarkan lebih terinci pada kalimat (b)-(c). Paragraf tersebut kemudian ditutup dengan kalimat (d) yang sesungguhnya merupakan penegasan dari kalimat (a)-(c).
Suatu paragraf dinyatakan memiliki kesatuan (coherence) apabila kalimat-kalimat pembentuknya tidak terlepas dari ide pokoknya. Kalimat-kalimat pembentuknya terfokus pada ide pokok dan mencegah masuknya hal-hal yang mendapat kesulitan dalam memelihara kesatuan itu (Akhadiah dkk., 1989:148). Perhatikanlah contoh yang berikut.
(35) (a) Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. (b) Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. (c) Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, kita pikirkan, dan kita ketahui pada orang lain. (d) Dengan komunikasi pula, kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.
Paragraf (35) tersebut bersifat menyatu karena kalimat-kalimat pembentuknya, yaitu kalimat (a)-(d), terpusat pada satu ide pokok, yaitu komunikasi, yang tertuang pada kalimat (a). Sifat menyatu itu terlihat jelas dengan penyebutan ulang ide pokok pada kalimat (b)-(d).
Syarat lain untuk paragraf yang baik adalah memiliki kalimat topik dan kalimat pengembang. Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok, sedangkan kalimat pengembang adalah kalimat-kalimat yang berisi rincian ide pokok yang terbentang dalam kalimat topik. Perhatikanlah contoh yang berikut.
(36) Indonesia pernah mengalami sejumlah kemajuan dalam bidang ekonomi walaupun masih ada beberapa masalah di sana-sini, di antaranya adalah masalah kemiskinan, masalah pengangguran, dan masalah ledakan penduduk.
Meskipun dimungkinkan ada, paragraf seperti (36) itu bukan merupakan paragraf yang baik karena hanya terdiri atas satu kalimat panjang sehingga kalimat topik dan kalimat pengembangnya tidak jelas. Lain halnya dengan contoh (37) berikut. Paragraf (37) berikut merupakan paragraf yang baik karena terdiri atas kalimat topik, yaitu kalimat (a), dan kalimat pengembang, yaitu kalimat (b)-(d). Kalimat (b)-(d) itu berfungsi sebagai pengembang kalimat topik.
(37) (a) Aristoteles dilahirkan pada tahun 384 SM di Stagira, sebuah jajahan Yunani di kawasan Asia Kecil. (b) Ayahnya seorang dokter, anggota dari serikat kerja Asclepiadae. (c) Sejak kecil ia sudah yatim piatu sehingga ia dibesarkan oleh salah seorang sanak keluarganya. (d) Tampaknya, sejak usia dini Aristoteles memang telah mendapatkan pelajaran dari ayahnya dalam bidang biologi dan kedokteran.
C. Cara Penyusunan Paragraf
Bagaimanakah paragraf yang baik dapat disusun? Paragraf yang baik disusun dengan melewati tiga langkah. Langkah pertama adalah menentukan ide pokok. Ide pokok itu dapat pula disebut pikiran pokok atau gagasan utama. Penentuan ide pokok itu dilakukan pada langkah pertama karena dalam penyusunan paragraf ide pokok berperanan sebagai pengendali (Ramlan, 1993:9). Ide pokok itu dapat diambil contoh “kartun”.
Langkah kedua adalah membuat kalimat dengan ide pokok yang telah ditentukan. Kalimat yang dimaksud disebut kalimat topik. Istilah lain untuk kalimat topik itu adalah kalimat tumpuan (Parera, 1982:14) dan kalimat utama (Liang Gie, 1992:75; Soedjito dan Hasan, 1986:12). Kalimat topik itu dijadikan tumpuan dalam penyusunan paragraf. Dengan ide pokok “kartun”, misalnya, dapat disusun kalimat topik Kartun adalah gambar interpretatif yang simbolis mengenai sikap orang, situasi, atau kejadian tertentu.
Langkah ketiga adalah mengembangkan kalimat topik menjadi paragraf. Caranya adalah dengan menyusun kalimat lain yang isinya berhubungan dengan, mendukung, menguraikan, dan atau menjelaskan ide pokok yang tertuang dalam kalimat topik. Kalimat lain itu berfungsi sebagai pengembang atau penjelas kalimat topik. Kalimat yang berfungsi sebagai pengembang atau penjelas kalimat topik itu dapat disebut kalimat pengembang atau kalimat penjelas.
Dalam kenyataannya, ada banyak pola pengembangan kalimat topik menjadi paragraf. Salah satu di antaranya adalah dengan kalimat topik (a) Kartun adalah gambar interpretatif yang simbolis mengenai sikap orang, situasi, atau kejadian tertentu yang ditempatkan pada awal paragraf, misalnya, dapat disusun kalimat-kalimat pengembang dengan mengulang ide pokok “kartun” menjadi (b) Kartun sering digunakan untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas kepada masyarakat sebab kartun mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk menarik perhatian dan mempengaruhi sikap atau perilaku, (c) Kartun biasanya menonjolkan isi pesan serta karakter yang mudah dikenal dan dimengerti, bukan pada detailnya, sehingga biasanya berbentuk sangat sederhana, dan (d) Meskipun sederhana, kartun yang baik dan mengena akan berkesan dalam ingatan dalam jangka waktu lama, sehingga terbentuk paragraf berikut.
(38) (a) Kartun adalah gambar interpretatif yang simbolis mengenai sikap orang, situasi, atau kejadian tertentu. (b) Kartun sering digunakan untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas kepada masyarakat sebab kartun mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk menarik perhatian dan mempengaruhi sikap atau perilaku, (c) Kartun biasanya menonjolkan isi pesan serta karakter yang mudah dikenal dan dimengerti, bukan pada detailnya, sehingga biasanya berbentuk sangat sederhana. (d) Meskipun sederhana, kartun yang baik dan mengena akan berkesan dalam ingatan dalam jangka waktu lama.
Paragraf dapat disusun dengan memperhatikan kemungkinan penempatan kalimat topik. Paragraf dapat disusun dengan cara meletakkan kalimat topik pada awal paragraf. Penyusunan paragraf dengan cara ini disebut penyusunan secara deduktif sehingga paragrafnya pun disebut paragraf deduktif. Jadi, bentuk susunan paragraf deduktif ini adalah kalimat topik diikuti oleh kalimat(-kalimat) pengembang. Contohnya sebagai berikut.
(39) (a) Kemenangan Clinton atas Bush memang luar biasa dan gemilang. (b) Namun, kegemilangan ini harus disertai suatu tugas untuk segera memulihkan AS sebagai negara ekonomi yang terkuat untuk menjadi adidaya dan satpam dunia.
(40) (a) Hutang Amerika Serikat sekarang ini berjumlah sekitar empat trilyun dolar. (b) Bunga hutang yang harus dibayarnya tiap tahunnya melampaui anggaran militernya, bahkan mencapai rekor dalam senjata AS, yakni sekitar 270 milyar dolar. (c) Hutang AS sekarang ini lebih besar dari hutang tahun 1980 ketika Presiden Ronald Reagan memangku jabatannya. (d) Ini menjadi tugas Bill Cinton sekarang untuk memperkecil hutang tersebut.
Contoh (39) dan (40) tersebut merupakan paragraf yang disusun dengan menempatkan kalimat topik pada awal paragraf, yaitu pada kalimat (a), diikuti oleh kalimat(-kalimat) pengembang. Kalimat topik pada paragraf (39) adalah Kemenangan Clinton atas Bush memang luar biasa dan gemilang, sedangkan dalam paragraf (40) adalah Hutang Amerika Serikat sekarang ini berjumlah sekitar 4 trilyun dolar. Sementara itu, kalimat lainnya, yaitu kalimat (b) untuk paragraf (39) dan kalimat (b), (c), dan (d) untuk paragraf (40), merupakan kalimat pengembang.
Paragraf dapat disusun dengan cara menempatkan kalimat topik pada akhir paragraf. Paragraf yang disusun dengan cara seperti itu dinamai paragraf induktif. Bentuk susunan paragraf induktif ini adalah kalimat(-kalimat) pengembang ditempatkan mendahului kalimat topik. Contohnya sebagai berikut.
(41) (a) Para ilmuwan sosial, dengan berbagai teori mereka, tidak kurang merupakan ikatan-budaya manusia lain. (b) Sistem pendidikan Barat memberi kita semua cara-cara menginterpretasikan pengalaman. (c) Berbagai asumsi implisit mengenai dunia muncul dalam berbagai teori dari setiap disiplin akademik, kritik sastra, ilmu alam, sejarah, dan semua ilmu sosial. (d) Etnografi sendiri berupaya untuk mendokumentasikan berbagai realitas alternatif dan mendeskripsikan realitas itu dalam batasan realitas itu sendiri. (e) Dengan demikian, etnografi dapat berfungsi korektif terhadap teori-teori yang muncul dalam ilmu sosial Barat.
(42) (a) Karena uang banyak, harga barang menjadi mahal. (b) Uang terpaksa naik. (c) Setiap kali, harga berubah dan membubung tinggi. (d) Mereka rugi dan akhirnya gulung tikar. (e) Pengangguran merajalela dan rakyat menderita.
Contoh (41) dan (42) tersebut merupakan paragraf yang disusun dengan cara meletakkan kalimat topik pada akhir paragraf. Kalimat topik kedua paragraf tersebut adalah kalimat (e), sedangkan kalimat-kalimat lainnya, yaitu kalimat (a)-(d), merupakan kalimat pengembang.
Paragraf dapat pula disusun dengan cara menempatkan kalimat topik di awal dan diulang pada akhir paragraf. Dalam hal ini, ide pokok yang diletakkan pada awal paragraf biasanya berisi pernyataan yang bersifat umum, sedangkan yang terletak di akhir paragraf sebenarnya merupakan ulangan dari ide pokok yang terletak pada bagian awal paragraf (Ramlan, 1993:6). Kalimat topik ulangan itu tentu saja tidak harus sama persis dengan kalimat topik yang diletakkan pada awal paragraf. Kalimat topik ulangan itu boleh diubah bentuk kata-katanya, susunan kalimatnya, tetapi ide pokok tetap sama (Soedjito dan Hasan, 1986:14). Paragraf yang kalimat topiknya terletak di awal dan akhir paragraf itu biasanya disebut paragraf campuran. Contohnya sebagai berikut.
(43) (a) Sebuah karangan tidak mungkin baik jika paragrafnya tidak tersusun dengan baik. (b) Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan. (c) Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangannya. (d) Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. (e) Oleh sebab itu, sebuah karangan tidak akan baik jika paragrafnya tidak disusun dengan baik.
Contoh (43) tersebut merupakan paragraf yang disusun dengan cara mengulang kalimat topik, yaitu kalimat (a) dan (e). Kalimat (e) merupakan ulangan dari kalimat (a). Ulangan itu dimaksudkan untuk memberi tekanan pada pikiran atau ide pokok yang tertuang dalam kalimat (a).
Ada pula paragraf yang disusun dengan cara menempatkan kalimat topiknya seperti dalam contoh (44) dan (45) berikut ini.
(44) (a) Sumber daya manusia semakin disadari fungsi pentingnya dalam usaha mencapai kesejahteraan bangsa di semua sektor kehidupan. (b) Dengan demikian, usaha- usaha pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi lebih intensif dilakukan. (c) Usaha-usaha ini memerlukan perencanaan yang harus dilandaskan pada pemahaman tentang berbagai aspek sumber daya manusia.
(45) (a) Kesadaran masyarakat untuk menyertifikatkan tanah pada masa sekarang cukup tinggi. (b) Hal ini dibuktikan dari jumlah permohonan sertifikat ke kantor pertahanan yang meningkat pada setiap bulannya. (c) Dengan demikian, masyarakat mulai mengerti pentingnya sertifikat tanah. (d) Pemilik tanah hanya mempunyai hak sepenuhnya yang berkekuatan hukum kalau tanah yang dimilikinya sudah bersertifikat. (e) Kalau belum bersertifikat, pemilik tanah belum sepenuhnya dijamin hak kepemilikannya.
Paragraf (44) dan (45) tersebut disusun dengan meletakkan kalimat topik di tengah paragraf. Kalimat topik dalam paragraf (44) adalah kalimat (b), yaitu Dengan demikian, usaha-usaha pengembangan sumber daya manusia dan pengingkatan kualitas sumber daya manusia menjadi lebih intensif dilakukan, sedangkan kalimat (a) dan (c) merupakan kalimat pengembang. Dalam paragraf (45), kalimat (c), yaitu Dengan demikian, masyarakat mulai mengerti pentingnya sertifikat tanah, merupakan kalimat topik, sedangkan kalimat (a) dan (b) serta kalimat (d) dan (e) merupakan kalimat pengembang. Paragraf yang kalimat topiknya ada di tengah paragraf itu disebut paragraf tengah (lih. Liang Gie dan Widyamartaya, 1983:17).
Terkait dengan cara penyusunan paragraf, sebenarnya tidak ada aturan mutlak yang mengikat (Liang Gie, 2002:69). Dalam penyusunan paragraf, kalimat topik itu dapat diletakkan di mana saja. Kalimat topik itu dapat ditempatkan di awal, di tengah, di akhir, atau di awal dan di akhir paragraf. Yang terpenting dalam penyusunan paragraf adalah bukan letak kalimat topiknya, tetapi ide pokok dalam paragraf jangan sampai kabur. Oleh karena itu, cara penyusunan paragraf mana yang dipilih bergantung kepada keterampilan seorang penulis karangan.
D. Pola Pengembangan Paragraf
Sebuah paragraf yang baik mengandung kalimat topik dan kalimat pengembang yang berhubungan satu sama lain. Hubungan itu menyangkut sesuatu yang diungkapkan dalam kalimat pengembang. Maksudnya, sesuatu yang diungkapkan dalam kalimat pengembang senantiasa berhubungan dengan dan tidak boleh terlepas dari ide pokok yang diketengahkan dalam kalimat topik. Wujud sesuatu dalam kalimat pengembang itu ada bermacam-macam sehingga lahirlah bermacam- macam pola pengembangan paragraf. Paragraf itu antara lain dapat dikembangkan dengan pola contoh, alasan, perbandingan, perlawanan, dan definisi.
Sesuatu yang diungkapkan dalam kalimat pengembang dapat berupa “contoh”. Contohnya sebagai berikut.
(45) (a) Khusus untuk jenis mainan yang memerlukan gerak tubuh yang leluasa dan banyak hingga memerlukan ruangan yang luas, dengan sendirinya yang paling dulu harus dipertimbangkan adalah kondisi rumah dan sekitarnya apakah cukup memenuhi syarat. (b) Mainan seperti itu, misalnya, adalah bola, layang-layang, sepeda, mobil- mobilan untuk dikendarai, raket dan cock untuk bermain bulutangkis, dan sebagainya.
(46) (a) Arti dari kata “koleksi” adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan benda-benda sejenis atau beberapa jenis terus-menerus selama waktu yang tidak terbatas. (b) Contohnya adalah mengumpulkan perangko, suatu kegemaran atau hobi yang lazim.
Contoh (45) dan (46) tersebut merupakan paragraf yang terdiri atas dua kalimat, yaitu kalimat (a) dan (b). Kalimat (a) merupakan kalimat topik, sedangkan kalimat (b) merupakan kalimat pengembang. Sesuatu yang disampaikan dalam kalimat (b) itu adalah “contoh” untuk ide pokok yang dituangkan dalam kalimat (a).
Sesuatu yang diungkapkan dalam kalimat pengembang dapat pula berupa “alasan”. Contohnya sebagai berikut.
(47) (a) Sering kali, untuk memainkan suatu mainan anak masih memerlukan bantuan orang tua. (b) Alasannya adalah anak memang belum tahu bagaimana caranya memperoleh kegembiraan semaksimal mungkin dari mainan barunya.
Paragraf (47) tersebut terdiri atas dua kalimat, yaitu kalimat (a) dan kalimat (b). Kalimat (a) adalah kalimat topik, sedangkan kalimat (b) merupakan kalimat pengembang. Kalimat pengembang teersebut berisi “alasan” untuk ide pokok yang diungkapkan dalam kalimat topik.
Alasan yang tertuang dalam kalimat pengembang dapat merupakan “akibat” dari ide pokok dalam kalimat topik. Amatilah contoh berikut.
(48) (a) Sebelum awal abad XX, banyak kritikus mengakui bahwa struktur plot yang rapi, yang diajukan oleh Aristoteles dan pengikutnya, tidak dapat dikenakan pada novel. (b) Akibatnya, meskipun tetap relevan untuk cerita pendek, pembicaraan tentang struktur menjadi berkurang.
Kalimat topik dalam paragraf (48) tersebut adalah kalimat (a), sedangkan kalimat (b) merupakan kalimat pengembang. Kalimat (b) merupakan akibat dari ide pokok yang dinyatakan dalam kalimat (a) sehingga antara kalimat topik dan kalimat pengembang tersebut terbentuk hubungan “sebab-akibat”. Sebaliknya, pada contoh berikut ini, kalimat pengembang, yaitu kalimat (b), merupakan “sebab” dari ide dalam kalimat topik, yaitu kalimat (a).
(49) (a) Saran dan kritik yang ditujukan untuk memperbaiki usaha penyempurnaan program Applied Approach ini akan kami terima dengan senang hati. (b) Hal ini karena usaha penyempurnaan program itu baru merupakan satu langkah dari langkah-langkah yang harus dilalui dalam peningkatan kualitas dosen di perguruan tinggi.
Kalimat pengembang dapat pula berupa “perbandingan” dari ide pokok yang dituangkan dalam kalimat topik. Contohnya sebagai berikut.
(50) (a) Perbedaan antara eksposisi dan argumentasi terletak pada tujuan masing-masing. (b) Eksposisi hanya berusaha untuk menjelaskan atau menerangkan suatu pokok persoalan, sedangkan argumentasi berusaha untuk membuktikan kebenaran dari suatu pokok persoalan. (c) Dalam eksposisi, penulis menyerahkan keputusannya kepada pembaca, sedangkan dalam argumentasi penulis ingin mengubah pandangan pembaca.
Ide pokok dalam contoh (50) tersebut adalah ‘perbedaan tujuan antara eksposisi dan argumentasi’. Ide pokok itu diungkapkan dalam kalimat topik, yaitu kalimat (a). Perbedaan tujuan itu kemudian dibandingkan dalam kalimat, yaitu dalam kalimat (b) dan (c).
Yang dikemukakan dalam kalimat pengembang dimungkinkan pula berupa “sesuatu yang berlawanan” dengan ide pokok yang dituangkan dalam kalimat topik. Perhatikanlah contoh yang berikut.
(51) (a) Membaiknya hubungan Timur-Barat disambut baik oleh dunia. (b) Sebaliknya, perkembangan itu makin memperjelas ketimpangan hubungan Utara-Selatan yang berdampak negatif terhadap pembangunan di negara-negara berkembang.
Contoh (51), yang dikutip dari Ramlan (1993:48), itu terdiri atas dua kalimat, yaitu kalimat (a) dan (kalimat (b). Kalimat (a) merupakan kalimat topik, sedangkan kalimat (b) merupakan kalimat pengembang. Kalimat pengembang itu berisi “sesuatu yang berlawanan” dengan ide pokok yang tertuang dalam kalimat topik.
Yang disajikan dalam kalimat pengembang dimungkinkan berupa “definisi” dari sesuatu yang diungkapkan dalam kalimat topik. Contohnya sebagai berikut.
(52) (a) Istilah argumentasi diserap dari bahasa Inggris argumentation. (b) Istilah terakhir itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘bahasan’ atau ‘ulasan’. (c) Argumentasi berarti ‘pemberian alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atan gagasan’. (d) Jadi, suatu karangan disebut argumentasi apabila dalam karangan itu dikemukakan alasan, contoh, atau bukti yang kuat dan meyakinkan untuk mendukung atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.
Contoh (52) tersebut merupakan paragraf yang dikembangkan dengan pola definisi. Kalimat (a) berfungsi sebagai kalimat topik yang berisi istilah “argumentasi”, sedangkan kalimat (b)-(d) merupakan kalimat pengembang yang berisi definisi dari istilah argumentasi yang dimuat dalam kalimat (a).
E. Cara Membentuk Kesatuan Hubungan Antarkalimat dalam Paragraf
Hubungan antarkalimat dalam paragraf harus bersifat menyatu. Sifat menyatu ini dapat terbentuk manakala penafsiran kalimat yang satu bergantung pada kalimat yang lain. Kalimat yang satu mempraanggapkan atau dipraanggapkan kalimat yang lain. Kesatuan itu dapat dibentuk dengan unsur-unsur kebahasaan yang berfungsi menghubungkan kalimat-kalimat di dalam paragraf. Unsur-unsur kebahasaan itu disebut penanda hubungan. Istilah teknis untuk penanda hubungan itu ialah kohesi. Kohesi ini berbeda dengan koherensi. Kohesi merujuk ke perpautan bentuk, sedangkan koherensi pada perpautan makna (Alwi dkk. 1993:43).
Fungsi penanda hubungan adalah untuk menyatukan hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam suatu paragraf (Ramlan,1993:12). Penanda hubungan itu dapat berwujud penunjukan, penggantian, penghilangan, penghubung, dan pengulangan.
Penunjukan adalah penanda hubungan antarkalimat yang berupa kata tunjuk. Penunjukan itu terbagi atas dua jenis, yaitu penunjukan ke depan, yaitu menunjuk kalimat sebelumnya, dan ke belakang, yaitu menunjuk kalimat berikutnya. Penunjukan itu misalnya kata itu yang menunjuk eksperimen Stern dalam contoh berikut.
(53) (a) Eksperimen Stern jelas memberikan sumbangan yang penting bagi perkembangan ilmu fisika. (b) Tetapi, upaya itu sendiri memperlihatkan sifat penting lainnya dalam mengkaji eksperimen yang seringkali tidak terumuskan secara lengkap ketika peralatan itu mula- mula dikembangkan.
Paragraf (54) tersebut berunsurkan dua kalimat, yaitu kalimat (a) dan (b). Paragraf tersebut bersifat menyatu. Kesatuan itu ditunjukkan lewat penggunaan kata tunjuk itu pada kalimat (b).
Di samping kata itu, kata ini, tersebut, berikut, berikut ini, dan di bawah ini juga berfungsi sebagai penanda hubungan penunjukan. Contohnya sebagai berikut.
(54) (a) Tikar yang berukuran besar dibuat dari daun pandan atau sejenis gelagah yang disebut werot. (b) Gelagah ini dipipihkan dahulu, dipotong tiga, karena daun itu terdiri atas tiga segi, dan dianginkan sampai kering. (c) Daun ini berwarna kuning dan bisa langsung dipakai, kecuali jika menghendaki warna yang lain. (d) Untuk itu, gelagah direndam di tempat yang berair selama 24 jam lalu dimasak dengan daun atau kulit kayu yang mengandung warna tertentu. (e) Setelah dijemur akan diperoleh warna tetap yang diinginkan. (f) Hiasan tikar ini umumnya berbentuk segi empat dengan berbagai ukuran atau garis-garis lebar yang panjang menyilang dan diselingi garis-garis kecil.
(55) (a) Kehidupan industri yang sesungguhnya tidak berkembang di Minahasa. (b) Di Jawa orang membuat barang-barang untuk dijual, tetapi di Minahasa hal itu tidak banyak terjadi. (c) Tidak diketahui apakah ada alasan lain yang menyebabkan hal tersebut. (d) Satu-satunya alasan masuk akal yang dapat dibayangkan adalah rendahnya taraf hidup masyarakat sehingga perkembangan industri tidak dapat dihrapkan dari mereka. (e) Berkembangnya peradaban pada gilirannya akan mendorong lebih banyak kegiatan dan orang akan lebih banyak menciptakan usaha.
(56) (a) Industri berikut berbeda dengan beberapa cabang kerajinan pribumi yang umumnya dikerjakan para wanita, yakni dua jenis tenunan. (b) Yang pertama dan yang paling kasar adalah kadu, yaitu kain yang panjangnya beberapa elo dan lebarnya kurang dari setengah meter untuk rok wanita atau kemeja panjang untuk pria dan wanita. (c) Kain tersebut juga dipakai untuk layar perahu pribumi atau tirai serambi muka rumah beberapa kepala negeri sebagai pengganti kain licin. (d) Selain itu, kadu juga dijadikan karung untuk mengangkut beras atau padi.
(57) (a) Berikut ini akan diuraikan siapa Austin dan hasil karyanya beserta pokok-pokok pemikiran filsafatnya, baik yang umum maupun yang khusus, terutama pemikiran filsafat bahasa Austin dalam How To Do Things with Words secara panjang lebar. (b) Yang diuraikan terutama yang menyangkut masalah perbedaan antara ucapan-ucapan performatif dan ucapan-ucapan konstatif beserta syarat-syarat yang harus dipenuhi agar ucapan- ucapan tersebut dapat disebut sebagai ucapan-ucapan performatif atau ucapan-ucapan konstatif.
(58) (a) Apa yang disebutkan di bawah ini tidak merupakan kebulatan karena hal-hal yang dipaparkan ini tidak ada hubungannya satu sama lain, kecuali bahwa itu tentang deiksis. (b) Karena itu sengaja diuraikan secara singkat (sehingga dapat menimbulkan kesan seolah-olah meloncat-loncat penyajiannya) untuk membantu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang deiksis dan apa yang menarik tentang deiksis.
Penggantian adalah penanda hubungan antarkalimat yang berupa penggantian unsur bahasa tertentu dengan unsur bahasa yang lain. Contoh konkretnya adalah penggantian kaum pria dengan mereka dalam contoh yang berikut.
(59) (a) Kaum pria tidak memiliki sesuatu yang luar biasa. (b) Rambut mereka dipotong pendek dan beberapa di antaranya memperhatikan sisiran rambut. (c) Mereka yang muda-muda sangat rapi. (d) Yang mencolok dari mereka adalah kemampuan meniru kaum muda. (e) Mereka bahkan mengenal penampilan ala polka. (f) Dahulu rambut mereka dibiarkan panjang dan dipotong seperti rambut wanita seperti yang masih dilakukan orang Baltik. (g) Beberapa di antara mereka dicukur gundul. (h) Dengan janggut, mereka tidak menemukan banyak kesulitan karena umumnya mereka tidak berjanggut. (i) Apakah mereka malu berjanggut atau kegenitan mereka menentangnya, tidak diketahui. (j) Yang pasti, kadang-kadang mereka rukun duduk bersama dan saling mencabuti janggut. (k) Sementara itu, waktu berjalan terus. (l) Sekarang, memelihara janggut sangat mereka hargai, bukti sederhana yang menandakan bahwa janggut dipelihara dengan sangat saksama.
Paragraf (59) tersebut terdiri atas dua belas kalimat, yaitu kalimat (a)-(l). Hubungan antarkalimat dalam paragraf (59) itu bersifat menyatu. Kesatuan itu ditunjukkan dengan penggantian kata kaum pria pada kalimat (a) dengan kata ganti orang mereka pada kalimat (b)-(l).
Di samping kata mereka, kata dia, -nya, dan beliau juga dapat digunakan untuk membentuk kesatuan hubungan antarkalimat dalam paragraf. Berikut ini disajikan contoh-contohnya.
(60) (a) Di Rejosari, Ngadiyan sosok yang agak istimewa. (b) Bukan hanya mempertahankan kebiasaan Jawa- Hindu, ia justru berpraktik sebagai dukun dan pelatih kuda kepang selain berkebun kelapa sawit di tanahnya seluas satu hektar yang dilakukannya sejak tahun 1956. (c) Entah mengapa ia tidak sampai diganggu gugat di Rejosari.
(61) (a) Taslim sendiri penduduk asli Rejosari. (b) Orang tuanyalah yang Jawa. (c) Ayahnya yang berasal dari Semarang, datang melalui Singapura. (d) Tahun 1924 ia menuju Rejosari, dan dua tahun kemudian membangun rumah bergaya Melayu.
(62) (a) "Para penyeleweng uang pajak harus ditindak dengan tangan besi", demikian kata Presiden Republik Indonesia. (b) Hal itu beliau kemukakan kepada Menteri Keuangan di Bina Graha Kemarin.
Penghilangan adalah penanda hubungan antarkalimat yang berupa penghilangan unsur tertentu yang telah disebut pada kalimat sebelumnya. Misalnya adalah penghilangan kata orang pada kalimat (b) dalam contoh (63) dan (64) berikut ini.
(63) (a) Di sini terlihat orang mengenakan sarung dan kebaya. (b) Ada juga ø yang hanya mengenakan sarung yang diikatkan di atas dada.
(64) (a) Belum pernah, dalam sejarah, sebuah buku menimbulkan onar sedunia seperti The Satanic Verses yang ditulis Salman Rusdhie. (b) Orang Islam yang sudah membacanya tersinggung. (c) Menurut orang yang sudah membaca ø, novel itu menghina Nabi Muhammad SAW.
Hubungan antarkalimat dalam paragraf (37) dan (38) tersebut bersifat menyatu. Pada contoh (37), sifat menyatu itu dibentuk dengan menghilangkan kata orang pada kalimat (b). Pada contoh (37), sifat menyatu itu dibentuk dengan menghilangkan kata tersinggung pada kalimat (c) dan membacanya pada kalimat (d). Unsur yang dihilangkan (yang dilambangkan dengan tanda ø) itu dapat ditampilkan ulang sehingga paragrafnya menjadi sebagai berikut.
(63a) (a) Di sini terlihat orang mengenakan sarung dan kebaya. (b) Ada juga orang yang hanya mengenakan sarung yang diikatkan di atas dada.
(64a) (a) Belum pernah, dalam sejarah, sebuah buku menimbulkan onar sedunia seperti The Satanic Verses yang ditulis Salman Rusdhie. (b) Orang Islam yang sudah membacanya tersinggung. (c) Menurut orang yang sudah membaca novel itu, novel itu menghina Nabi Muhammad SAW.
Penghubung adalah penanda hubungan antarkalimat yang berupa kata penghubung. Kata penghubung adalah kata yang berfungsi menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Kata penghubung itu, misalnya, adalah oleh karena itu, dengan demikian, namun, dan sebaliknya dalam contoh yang berikut.
(65) (a) Boleh dikatakan bahwa semua aspek pendidikan dasar berada dalam keadaan buruk. (b) Oleh karena itu, untuk memperbaharui dan memperbaiki pendidikan dasar diperlukan suatu pandangan yang luas.
(66) (a) Diskusi kelas merupakan cara yang paling efektif untuk melatihkan keterampilan strategi kognitif kepada mahasiswa. (b) Hal ini dapat dicapai jika anggota kelas mempunyai homogenitas yang cukup tinggi atas keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki. (c) Dengan demikian, setiap anggota kelas dapat memperlihatkan pemilihan strategi pemecahan masalah yang asli dan kreatif. (d) Umpan balik menjadi mekanisme untuk menilai keaslian strategi pemecahan masalah dan tingkat kreativitas mahasiswa. (e) Namun, seperti juga dalam pemilihan masalah dan kasus untuk latihan, situasi yang ideal jarang ditemukan. (f) Yang sering ditemukan adalah suasana diskusi kelas yang sebagian anggotanya masih mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menunjukkan bahwa mereka belum menguasai keterampilan-keterampilan yang menjadi prasyarat bagi latihan strategi kognitif. (g) Oleh karena itu, dosen perlu bekerja keras untuk menghindari situasi seperti itu.
Di samping kata oleh karena itu, dengan demikian, dan namun, masih ada kata penghubung lain yang juga berfungsi sebagai penyatu hubungan antarkalimat dalam paragraf. Sebagai penghubung antarkalimat, kata-kata penghubung tersebut terletak di awal kalimat. Dalam pemakaian, kata-kata penghubung itu diikuti oleh tanda koma (,). Dalam tabel berikut ini, disajikan daftar kata penghubung dalam paragraf itu yang dikelompokkan menurut hubungan maknanya.
kata penghubung dalam pragraf
Hubungan Makna = Kata Penghubung dalam Paragraf
1. Penjumlahan = selain itu, di samping itu, kecuali itu
2. Perlawanan = namun, akan tetapi, sebaliknya, namun demikian, namun begitu, walaupun demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, sekalipun demikian, sekalipun begitu, biarpun demikian, biarpun begitu, kendati(pun) demikian, kendati(pun) begitu, sungguhpun demikian, sungguhpun begitu, padahal
3. Penyebaban = oleh karena itu, oleh sebab itu, maka dari itu, sebabnya
4. Pengakibatan = Akibatnya
5. Cara = dengan demikian, dengan begitu
6. Penyimpulan = jadi, pendek kata, pendeknya, pokoknya
7. Waktu = sementara itu, ketika itu, (pada) waktu itu, sebelum itu, sehabis itu, sesudah itu, setelah itu, sejak itu, semenjak itu, selanjutnya, akhirnya
8. Pelebihan = tambahan lagi, tambahan pula, bahkan, ma¬lah¬¬an, apalagi
Pengulangan adalah penanda hubungan antarkalimat yang be-rupa penye¬butan kemba¬li unsur tertentu yang telah disebut pa¬da kalimat sebelumnya. Contohnya adalah kata pen¬¬didikan dan Aus¬tin yang diulang-ulang ber¬i¬kut ini.
(43) (a) Pendidikan seringkali dijelaskan melalui sudut pandang masing-masing orang. (b) Ahli sosiologi akan meng¬artikan pendidikan sebagai usaha pewarisan dari ge¬¬nerasi ke generasi. (b) Pa¬kar antroplogi mengartikan pendidikan sebagai usaha pemindah¬an pengetahuan dan ni¬lai-nilai ke¬pa¬da generasi berikutnya. (c) Ahli eko¬¬nomi akan mengartikan pendidikan sebagai suatu usaha pe¬na¬nam¬an mo¬dal sum¬ber daya manusia untuk membentuk tenaga kerja dalam pembangun¬an bangsa. (d) Penjelasan pendidik¬an yang beraneka ragam berda¬sarkan sudut pan¬dang yang khusus da¬ri masing-masing ilmu tersebut di¬se¬but sebagai penjelas¬an yang fragmented and disconnec¬ted.
(44) (a) Austin meragukan kebenaran yang dapat dice¬rap oleh data inderawi (sense data), misalnya tongkat yang lurus setelah dimasukkan ke dalam gelas kaca yang ber¬isi air, kelihatannya tongkat tersebut menjadi bengkok. (b) Austin menjelaskan bahwa keanehan se¬perti itu ditimbul¬kan oleh ketidaksempurnaan alat in¬de¬rawi manu¬sia atau kesalahan dalam meletakkan ben¬da yang dilihat. (c) Aus¬tin menjelaskan lebih lanjut bahwa kebenaran itu se¬be¬tulnya sangat tergantung pa¬da situasi di tempat sesuatu hal itu ditampilkan, dan ji¬ka hal ini dihubungkan dengan ma¬salah kegunaan ba¬hasa, yang dinamakan kebenar¬an itu se¬benar¬nya sa¬ngat tergantung pa¬da situasi yang konkret ka¬pan kata, ungkapan, dan ka¬limat ter-sebut diutarakan atau diungkapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar