Banyak definisi tentang melek informasi/literasi informasi yang terus berkembang sesuai kondisi di lapangan. Namun pada hakekatnya literasi informasi adalah seperangkat ketrampilan yang diperlukan untuk mencari, menelusur, menganalisa dan memanfaatkan informasi (Bundy, 2001). Mencari informasi bisa ke perpustakaan, toko buku, pusat-pusat informasi, Internet dll. Menelusur adalah upaya untuk menemukan kembali informasi yang yang telah disimpan. Jika ke pepustakaan perlu alat telusur yaitu katalog, baik yang memakai kartu katalog maupun OPAC (Online Public Access Catalog). Namun kalau mencari informasi ke Internet perlu alat telusur yang sering disebut dengan search engine.
Jenis-jenis search engines untuk :
1. Informasi umum - Yahoo, Google, Altavista, Infoseek dll.
2. Artikel Ilmiah - Scholar Google – http ://scholar.google.com
3. Gambar - http://www.ditto.com
4. File PDF - http://www.adobe.com
5. Musik - http://www.mp3search.com
6. Video - http ://www.searchvideo.com, http://video.aol.com
7. Ensiklopedi - http://www.answers.com
8. dll
Ketrampilan berikut yang juga penting adalah ketrampilan menganalisa dan memanfaatkan informasi. Ketrampilan ini memerlukan kecerdasan logis, rasional dan pertimbangan secara menyeluruh. Jadi ketrampilan ini memerlukan sentuhan intelektual, emosional dan spiritual. Untuk itu perlu banyak membaca buku, berinteraksi dengan orang-orang yang positif dan orang-orang yang sukses dalam kehidupan mereka.
Dengan demikian seseorang yang telah mempunyai ketrampilan tersebut akan dapat :
. menyadari kebutuhan akan informasi
. menentukan informasi apa yang dibutuhkan
. menelusur/mengakses informasi yang dibutuhkan secara efisien
. mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.
. memasukkan informasi pilihan tersebut ke dalam pengetahuan dasar mereka
. memanfaatkan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan
. mengerti masalah ekonomi, hukum, sosial dan kebudayaan karena
memanfaatkan informasi
. mengakses dan memanfaatkan informasi sesuai etika dan hukum yang berlaku.
. mengklasifikasi, menyimpan, mengolah dan merancang ulang informasi yang
dikumpulkan atau dihasilkan.
. mengetahui bahwa literasi informasi adalah syarat utama untuk belajar
sepanjang hayat. (Bundy, 2001)
Dengan menguasai ketrampilan diatas maka orang akan belajar banyak tentang kehidupan. Orang akan belajar tentang kesuksesan, keberhasilan, kebahagiaan , kesehatan dan akan menjadi orang yang selalu berpikir positif. Ia akan selalu mencari nilai positif dari setiap kejadian.
Bundy (2001) melanjutkan bahwa literasi informasi sangat diperlukan karena peningkatan tajam akses informasi dan sumber-sumbernya. Setiap orang dihadapkan dengan pilihan-pilihan informasi yang bermacam-macam dan membludak didalam belajarnya, tempat kerjanya dan dalam kehidupan mereka.
Dengan demikian orang akan mempunyai pola pikir yang dinamis dan menjadi orang/ manusia yang cerdas. Manusia yang cerdas menurut Nuh (2006) mempunyai karakter antara lain :
a. Mau berbagi (resource sharing).
Manusia yang cerdas tidak pelit baik secara materi maupun non-materi. Ia mau berbagi karena pada hakekatnya apapun di dunia ini adalah milik Tuhan Yang Maha Kaya. Manusia hanya diberi amanah untuk mengelola dunia dan memanfaatkan sumberdaya alam dengan benar. Manusia harus banyak memberi jika ingin banyak menerima. Dunia diatur secara seimbang - ada menerima dan ada memberi. Sehingga manusia cerdas adalah manusia yang selalu rela berbagi, baik informasi, pengalaman , harta kekayaan, ilmu dsb.
b. Mampu mengambil hikmah dari segala macam kejadian
Kehidupan dunia adalah rangkaian kejadian demi kejadian. Kejadian itu bisa terjadi dari interaksi antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan alam seisinya, interaksi dengan dirinya sendiri dan tentu interaksi rohaniyah
relijius dengan Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Sehingga kejadian bisa saja terjadi berulang-ulang dan terus menerus, maupun kejadian baru dalam kehidupan yaitu kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Manusia cerdas mampu mengambil hikmah dari segala kejadian baik kejadian yang negatif-menyedihkan, maupun positif – menyenangkan. Semua kejadian adalah skenario Illahi yang pasti ada manfaat dibaliknya ( blessing in disguise). Jika manusia telah mampu mengambil hikmah tersebut, maka sehatlah jiwanya. Ralph Waldo Emerson yang dikutip Giblin (1995) mengatakan bahwa ukuran dari kesehatan jiwa adalah jika kita mampu menemukan kebaikan dimana-nama.
c. Mampu menyelesaikan dirinya sendiri.
Manusia cerdas percaya bahwa potensi dirinya luar biasa. Tuhan menciptakannya sebagai pribadi yang penuh percaya diri. Ia adalah pemenang (the winner) bukan pecundang (the looser). Sebagai pribadi pemenang ia mempunyai :
- sikap mental positip
- keyakinan penuh terhadap dirinya sendiri
- sasaran besar yang menantang
- tingkah laku yang bertanggung jawab
- kemampuan mengelola waktu
- kemauan kuat untuk mengembangkan diri
- kemampuang untuk mengelola kesehatan
Dengan demikian manusia cerdas tidak mau merepotkan orang lain, jika ia belum bisa membantu apalagi memberinya.
d. Tidak pernah mengeluh.
Manusia cerdas tidak pernah mengeluh. Karena mengeluh adalah sinyal ketidakpuasan atas berkat Tuhan yang melimpah-ruah. Kehidupan memang mengalami pasang surut .Duka bahagia, senang sengsara, tawa gelisah adalah paket lengkap kehidupan. Sementara masalah kehidupan itu netral sifatnya. Artinya jika masalah itu dibuat kecil juga akan kecil, tetapi jika dibuat besar juga akan besar. Hidup adalah permainan pola pikir (Life is a mind game).
4
Sehingga untuk apa harus mengeluh. Sementara nikmat Tuhan Yang Maha Pengasih yang diberikan kepada manusia sungguh amat banyak. Tak pantas makhluknya harus mengeluh. Manusia cerdas tak pernah mengeluh, tetapi ia akan selalu berusaha mencari jalan keluar. Manusia cerdas selalu solution-oriented -memecahkan masalah , dan tidak problem-oriented yang selalu membesarkan dan mencari kambing hitam mengapa masalah itu terjadi.
Sehingga pada akhirnya manusia yang melek informasi adalah manusia yang belajar bagaimana belajar. Ia tahu bagaimana belajar karena ia tahu bagaiamana mencari informasi, bagaimana informasi itu dikelola dan bagaimana memanfaatkan informasi tsb, sehingga orang lainpun dapat belajar darinya (Bundy, 2001). Bahkan Staples (1994) mengatakan bahwa kita harus terus menerus belajar sepanjang hayat, agar kita tetap menjadi orang yang kompetitif, cakap dan produktif dan tetap tumbuh sebagai manusia.
Dengan demikian manusia akan menjadi cerdas bukan hanya cerdas secara intelektual (IQ), tapi juga cerdas emosional (EQ) dan cerdas spiritual (SQ).
KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL.
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang sempurna. Manusia adalah sebaik-baiknya makhluk . Manusia adalah makhluk yang cerdas baik secara IQ, EQ dan SQ. Hal itu dapat dicapai denga sempurna jika manusia mau melek informasi.
a. Kecerdasan Intelektual (IQ)
Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang berkaitan dengan matematika, mendefinisikan kata-kata, menciptakan rancangan-rancangan, mengulang kata-kata dari ingatan, dan mengerjakan tugas-tugas lain (Amstrong, 2004). Kecerdasan ini lebih mengarahkan pada obyek-obyek di luar diri manusia (outward looking), seperti : fisika, kimia, matematika, teknologi dan sebagainya ( Suharsono, 2004). Kecerdasan intelektual inilah yang banyak digarap oleh institusi pendidikan saat ini . Padahal kecerdasan yang bersentral pada otak kiri manusia ini, hanya berperan tak lebih dari 6% - 20% terhadap kesuksesan dalam hidupnya.
b. Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang lebih mengarahkan pada obyek-obyek fenomenal kedirian (inward looking), seperti menata pergaulan hidup, pengendalian emosi dan eksistensi hidup manusia secara fenomenal (Suharsono, 2004). Dengan kecerdasan emosional manusia akan memiliki kemampuan merasa, memahami diri sendiri dan orang lain, memahami lingkungan serta mampu mengambil keputusan dengan tepat dan cepat dan dalam waktu yang tepat pula ( Goleman, 1999).
c. Kecerdasan Spiritual (SQ)
Manusia yang memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional belumlah cukup. Karena banyak contoh orang-orang yang memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain, memikat hati dengan ucapan, peka mencari peluang, serta berotak cemerlang, tapi semua kecakapan tersebut digunakan untuk mencapai ego pribadi atau golongan. Disamping itu ternyata orang-orang sukses tersebut merasa kekeringan di tengah kesuksesan. Manusia seperti ini telah kehilangan makna atau menderita spiritual pathology (jiwa yang terbelah). Karena itulah maka diperlukan kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual berarti kemampuan manusia untuk dapat mengenal dan memahami diri sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti manusia memahami sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang dijalani dan ke manakah ia akan pergi.
Jika ketiga kecerdasan ini yaitu IQ,EQ dan SQ dikelola dengan baik, maka akan lahir manusia-manusia yang mengetahui untuk apa diciptakan; apa tujuan hidup; dan hendak kemana kelak ia pergi (Republika Online, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar