Laporan Observasi di kelas X SMA PIRI 1 Yogyakarta


PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Kimia adalah mata pelajaran yang telah dipelajari oleh siswa sejak sekolah menengah pertama. Setiap siswa harus mempelajari ilmu kimia karena pada dasarnya ilmu kimia sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu komponen penting untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap kimia adalah dengan penggunaan media pembelajaran. Selain itu, guru juga memiliki peranan penting untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar kimia. Model pembelajaran yang digunakan guru dalam penyampaian materi sangat berpengaruh pada tingkat kepamahan siswa.
Untuk lebih mengetahui pembelajaran kimia yang sesungguhnya maka dilakukannya observasi di SMA PIRI 1 Yogyakarta yang terletak di Jl. Kemuning 14 Baciro. SMA PIRI 1 Yogyakarta ini merupakan salah satu SMA swasta di Yogyakarta. Selain itu, observasi ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia. Pada observasi ini penulis lebih menekankan pada model pembelajaran direct instruction dan contextual teaching learning. Penulis memilih model tersebut yang ditekankan pada observasi ini karena penulis ingin mengetahui apakah model pembelajaran tersebut digunakan pada pembalajaran kimia di SMA PIRI 1 Yogyakarta atau tidak. Model pembelajaran direct instruction dan contextual teaching learning pada saat ini memang sering digunakan tapi tidak sedikit guru kimia yang tidak menggunakan model pembelajaran ini.

B.   Tujuan Observasi
Tujuan dari observasi yang dilakukan ini diantaranya adalah untuk :
1.    Mengetahui apakah model pembelajaran kimia di kelas X SMA PIRI 1 Yogyakarta menggunakan model pembelajaran direct instruction dan atau contextual teaching learning
2.    Mengetahui model pembelajaran yang digunakan oleh guru kimia dalam menyampaikan materi kimia di kelas X SMA PIRI 1 Yogyakarta
3.    Mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia
4.    Mengetahui kondisi proses belajar mengajar kimia di kelas X SMA PIRI 1 Yogyakarta

C.   Rumusan Masalah
1.    Apakah dalam menyampaikan materi guru menggunakan model pembelajaran direct instruction dan atau contextual teaching learning ?
2.    Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan oleh guru ?
3.    Model pembelajaran apakah yang efektif digunakan untuk menyampaikan materi kimia ?
4.    Bagaimana kondisi proses belajar mengajar kimia di kelas X SMA PIRI 1 Yogyakarta ?
5.    Seberapa besar minat belajar siswa kelas X di SMA PIRI 1 Yogyakarta dalam mengikuti proses pembelajaran dengan materi kimia ?

D.   Batasan Masalah
Observasi ini dibatasi dengan masalah model pembelajaran yang digunakan guru kimia dalam menyampaikan materi di kelas X SMA PIRI 1 Yogyakarta. Model pembelajaran yang ditekankan unutuk diteliti adalah model pembelajaran direct instruction dan  contextual teaching learning.

METODOLOGI PENELITIAN

1.      Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah model pembelajaran kimia yang digunakan guru di kelas X SMA PIRI 1 Yogyakarta.

2.      Objek Penelitian
Objek penelitiannya adalah siswa kelas X dan guru kimia SMA PIRI 1 Yogyakarta di Jl. Kemuning 14 Baciro

3.      Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah observasi langsung dengan instrumen berupa angket guru dan angket siswa serta wawancara.

4.      Teknik Analisis Data
Teknik untuk menganalisis data yaitu dengan cara menghitung jumlah jawaban siswa dan guru yang menjawab pernyataan pada angket penelitian.

6.      Jenis penelitian
a.       Riset lapangan
b.      Studi Pustaka

TINJAUAN PUSTAKA
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melelui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik orang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik yang disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasarat bagi siswa untuk dapat belajar yang baik. Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus pada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa.
Dewasa ini, yang kita lihat bahwa sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmisif, pengajar mentransfer dan menggerojokan konsep-konsep secara langsung pada peserta didik. Dalam pandangan ini, siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pembelajaran hanya sekedar menyampaikan fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan kepada siswa. Untuk menanggapi hal tersebut maka diperlukan model pembelajaran diantaranya adalah pembelajaran direct instruction dan  contextual teaching learning.
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan model pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Kelebihan dari pembelajaran ini adalah pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Siswa dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, sehinggga materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa dan tidak akan mudah dilupakan. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.  Dalam pembelajaran ini memiliki kelemahan karena dibutuhkan waktu pembelajaran yang cukup lama, dan akan sedikit sulit bagi siswa menemukan suatu konsep dengan pengetahuannya sendiri. Selain itu, untuk bisa mengkonstruksi pengetahuan lama dengan pengetahuan barunya akan berjalan lamban, karena waktu tersebut lebih banyak digunakan siswa untuk bermain dengan teman-temannya. Kelemahan yang kedua yaitu guru lebih intensif dalam membimbing, karena guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi
Direct intsruction adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model pengajaran langsung. Kelebihan dari pengajaran ini adalah guru dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa karena guru yang mengendalikan isi materi dan urutan informasi. DI merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan kepada siswa dan efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur. Cocok untuk siswa yang belajar dengan cara ini. Model pengajaran langsung dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil. Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
Model pengajaran langsung mempunyai kelemahan karena dalam model ini berpusat pada guru, sehingga kesuksesan pembelajaran bergantung pada guru. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pembelajaran langsung tidak dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk cukup memproses dan memahami informasi yang disampaikan. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Kenyataannya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga sering melewatkan hal-hal penting yang seharusnya diketahui.


PEMBAHASAN
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang pendidik terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara pendidik itu dalam mengajar. Suatu pembelajaran memerlukan suatu model dan metode pembelajaran dalam penyampaian materi pada proses pembelajaran dalam kelas. Penerapan model pembelajaran ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang terjadi dalam kelas dan di harapkan berimplikasi baik pada hasil yang akan dicapai. Efektif tidaknya pembelajaran bisa terjadi karena model pembelajaran yang diterapkan.
Oleh karena itu dilakukan suatu penelitian. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada model pembelajara Direct Instruction (DI) dan Contextual Teaching Learning (CTL) yang dilaksanakan di SMA PIRI 1 Yogyakarta, pemilihan kedua model ini karena kedua model ini merupakan model pembelajaran yang umumnya masih sering digunakan pada sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran kimia di SMA 1 PIRI Yogyakarta.
Penerapan model pembelajaran yang pertama yaitu Direct Instruction (DI), model pembelajaran ini efektif ditinjau dari kemampuan individual peserta didik, hal ini disebabkan karena dalam model pembelajaran ini pendidik lebih berperan aktif, sehingga peserta didik mampu memfokuskan pada materi yang disampaikan oleh pendidik dan peserta didik mampu memahami materi dengan baik. selain itu dengan menggunakan model pembelajaran ini pendidik dapat mendorong siswa untuk terinspirasi .Penerapan model pembelajaran yang kedua yaitu Contextual Teaching Learning (CTL). Model pembelajaran ini efektif ditinjau dari  kemampuan mental dan sosial peserta didik, hal ini disebabkan karena dalam model pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk berpartisipasi aktif melalui diskusi dengan anggota-anggota kelompoknya, dengan berdiskusi siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan dalam  memecahkan  masalah. Dalam model Contextual Teaching Learning (CTL) memiliki sintak kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya, hal ini dapat menuntut siswa untuk berani bertanya kepada pendidik serta peserta juga harus memperhatikan materi yang di sampaikan oleh pendidik dengan baik.Selain itu, ciri suatu kelas model Contextual Teaching Learning (CTL) yaitu kerjasama dan saling menunjang hal ini dapat membantu peserta didik untuk mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu menghargai pendapat peserta didik yang lain.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa SMA 1 PIRI Yogyakarta menggunakan kedua model yang sesuai dengan model pembelajaran yang di perkirakan sebelumnya, yaitu model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dan Direct Instruction (DI). Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan guru yang menyebutkan ciri-ciri proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas. Dari kedua model pembelajaran tersebut, model pembelajaran DI menurut siswa membosankan karena guru terlalu dominan dalam kelas sedangkan model pembelajaran CTL siswa lebih mampu memahami materi yang disampaikan karena dikaitkan dengan kehidupan sehari – hari serta adanya diskusi antar siswa. Berdasarkan tanggapan tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran yang efektif pada pembelajaran kimia kelas X SMA I PIRI Yogyakarta adalah CTL, berdasarkan wawancara guru model pembelajaran juga disesuaikan berdasarkan Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) karena model CTL tidak selalu sesuai dengan semua materi kimia. Dari data yang dihasilkan, dapat diketahui bahwa siswa yang sangat setuju dengan pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) sebesar 12,04 % dan yang setuju 36,57% dari 27 siswa sebesar, sedangkan yang sangat setuju dengan model pembelajaran Direct Instruction (DI) sebesar 18,52 % dan yang setuju sebesar 40,12% dari 27 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran Direct Instruction (DI) lebih sering digunakan dibandingkan Contextual Teaching Learning (CTL).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...